Dia bisa datang dari mana saja
Tanpa sadar
Atau dengan sadar
Perlahan
Atau cepat
Tapi jangan biarkan dia yang mengendalikanmu
Kamulah yang seharusnya memegang kendali itu
Mengendalikannya saat sedang indah agar tak terlalu berharap lebih
Mengendalikan laranya agar tak menimbulkan kekecewaan mendalam
Lakukan sesuai porsinya masing-masing, agar semuanya seimbang.
- safiramp
💍
Tabita melihat jam tangannya. Dua puluh menit lagi Ravelo take-off. Bimbang. Gengsi. Amarah. Semua bercampur menjadi satu. Ia harus bagaimana.Lalu seperti ada yang berbisik di telinganya. Kejar Tabita, kejar! Atau kamu akan kehilangannya selamanya.
Tabita menggeleng. Menepis suara yang memenuhi indra pendengarannya.
Ini bukanlah akhir. Kalian ditakdirkan bersama.
Tabita memeluk tubuhnya sendiri. Batinnya berdebat.
Kamu akan kehilangannya selamanya
Kamu akan kehilangannya selamanya
“ENGGAK…” erang Tabita. Tubuhnya meluruh ke lantai kamar yang dingin. Sulit sekali baginya untuk jujur. Tidak dengan orang lain apalagi diri sendiri. Saat ia menyadari perasaannya pada Ravelo mulai tumbuh lagi, atau sebenarnya ia tidak benar-benar bisa melupakan laki-laki itu. Tabita merutuk, baginya; kembali mencintai seseorang yang sama setelah bertahun-tahun adalah sebuah kebodohan.
Tabita menggeleng keras. Ia mendongak. “Gue gak akan lepas dia lagi," gumamnya.
Tangannya memegang tepi meja. Perlahan ia bangkit. Meraih ponsel diatas nakas. Lalu berlari menuruni tangga. Menyambar kunci mobil. Tidak peduli kakaknya yang meneriaki namanya.
“Tunggu gue, Rav. Gue mohon,” doa Tabita sepanjang perjalanan.
Tabita berdecak melihat jalanan di depan macet. Apa tuhan sengaja mengirim rintangan ini untuk menghalangi pertemuan keduanya? Tidak. Tabita tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia memutar balik mobilnya. Mencari jalan pintas untuk sampai ke bandara lebih cepat.
💍
Tabita lelah terus menerus dikecewakan. Ia kesal kenapa Ravelo kembali ke dalam kehidupannya yang sudah tenang. Tapi berbohong pada diri sendiri ternyata lebih menyakitkan. Katakanlah Tabita munafik. Ya, ia akui itu. Sebagian dirinya mencoba tidak peduli. Namun keinginannya agar Ravelo terus disisinya lebih besar.Tabita berjalan gontai memasuki bandara. Di ruang tunggu, Tabita melihat laki-laki itu dikerubungi teman-temannya.
“Rav, gue masih gak rela lo pergi,” ujar Wildan.
Langkah Tabita terhenti. Mendengarkan pembicaraan mereka.
“Yah, nangis. Cemen lo," ejek Alvin meraup wajah Wildan.
“Ntar gue balik lagi. Kerja yang bener," tutur Ravelo menepuk-nepuk kepala Wildan layaknya seorang bapak pada anaknya.
“Jangan lupa oleh-oleh," seru Wildan.
“Iya. Bawel.”
“Tahun depan gue mau lihat lo pake jas putih," celetuk Zafran.
“Terus nanti kita panggil dia ‘Dokter Ravelo’," imbuh Alvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...