42.

3.2K 229 28
                                    

"Akhir Cerita Cinta." -Glenn Fredly

💍

"Jadi, gue harus mulai dari mana?" Excel mengawali.

"Dari mana pun, asal lo jelasin semuanya," balas Tabita.

"Oke, gue janji gue bakal jelasin semuanya tanpa kebohongan sedikit pun," ujar Excel. "Tapi sebelumnya, bisa enggak lo balik badan? Posisi lo gak enak buat ngobrol." Excel meringis.

Saat ini posisi Tabita memang sengaja membelakangi Excel. Benar-benar seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal.

"Harus banget gue nengok? Yang penting lo jelasin dan gue dengar semuanya. Beres kan?" sewot Tabita.

Excel tersenyum kecut. "Sebenci itu lo sama gue?"

"Iya!" sahut Tabita dalam hati. Tetapi tak mampu ia ucapkan.

"Hari ini aja, Ta. Mungkin juga terakhir kali gue bisa lihat lo kayak gini. Kasih gue kesempatan buat mengabadikan wajah lo dalam ingatan. Biar kalau gue rindu, gue cukup ingat nama lo," tutur Excel.

Tabita membalikkan tubuhnya. Meski begitu, tatapan tetap tidak bersahabat. Bohong jika Tabita bilang baik-baik saja tiap melihat wajah Excel, yang terpintas di benaknya adalah kejadian malam ketika Excel memutuskan sekaligus meninggalkannya. Lalu berganti dengan ingatan akan kenangan manis mereka berdua selama mengenakan seragam putih abu-abu. Itu alasan kenapa Tabita terus memalingkan wajahnya dari Excel. Sama saja seperti membuka luka lama.

Excel tersenyum lebar. Menarik nafas panjang sebelum memulai penjelasan. "Malam itu, gue dapat kabar tentang adik gue yang kecelakaan tepat di hari pernikahan Ayah gue dengan istri barunya. Gue marah sama keadaan, gue marah sama diri gue sendiri. Gue enggak bisa kontrol emosi, sampai..." Excel menjeda ucapannya.

"Seseorang ngabarin gue tentang hubungan lo sama Ravelo. Yang awalnya gue udah curiga, ditambah bukti yang ada gue jadi semakin yakin."

"Karena itu lo ngajak gue ketemuan?" potong Tabita.

Excel mengangguk. "Dan yang terjadi selanjutkan, gue dengan mudahnya mutusin lo sepihak, ninggalin lo sendiri di jalan. Tanpa rasa bersalah, paginya gue pergi ke Sumatera. Ke rumah sakit tempat adik gue dirawat."

"Gue semakin marah waktu adik gue dinyatakan buta gara-gara kecelakaan. Dari situ gue datangin rumah Ayah sama istri barunya. Gak peduli dia tahu keadaan adik gue atau enggak. Karena gue terlanjur emosi, akhirnya gue berantem sama Ayah."

"Jadi, selama ini lo tinggal sama adik lo?" Tabita semakin tertarik.

"Ya, sebagai kakak gue merasa bertanggung jawab sama keadaan adik gue. Bukan maksud gue buat kabur dari masalah yang gue perbuat. Gue selalu ingin kembali, ketemu sama lo dan jelasin sebenarnya gue gak pernah serius mengakhiri hubungan sama lo. Bahkan sampai sekarang, gue masih dengan perasaan yang sama," ungkap Excel mempertahankan senyumnya.

"Tapi, gue sadar. Apa yang udah terjadi enggak bisa diulang lagi. Pada akhirnya gue cuma bisa menyesal."

Tabita terdiam. Meresapi penjelasan panjang yang baru saja ia ketahui. Tidak hanya Excel yang merasa bersalah, Tabita juga merasa demikian. "Maaf, gue udah salah paham sama lo. Gue pikir-"

"It's oke, wajar kok. Yang penting lo udah tau kebenarannya. Gue gak peduli setelah ini apa pikiran lo tentang gue, mau lo maafin gue atau malah makin benci," sergah Excel.

Tabita diam. Sedikit lega ketika mendengar penjelasan Excel. Tapi masih ada satu hal yang mengganjal dalam benaknya.

"Kalau ada yang mau ditanyain, tanya aja, Ta," kata Excel seakan mengetahui isi pikiran Tabita.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang