"Disaat rindu tak kunjung menemukan titik temu, maka berpaling adalah pilihan terbaik"
-Tabita💍
Nyatanya, tidak semua harapan Tabita terkabul sesuai apa yang diinginkan. Buktinya, Ravelo tetap ada di hari kedua ia sebagai murid SMA Silcos Adiwijaya.
Berbeda dengan hari sebelumnya, kini Ravelo mulai terlihat akrab dengan teman-teman satu komplotan dengan Wildan. Berkat Wildan, Ravelo dapat mengenal si kembar Alvan dan Alvin, serta teman duduknya di kelas yang sekarang ia ketahui bernama Zafran.
Keempat cowok terpandang duduk melingkari salah satu meja kantin di samping jendela yang berhadapan langsung dengan taman belakang. Ditambah kehadiran satu personil yang namanya sedang melambung sebagai murid baru memiliki wajah tampan.
Dua diantaranya memiliki sifat pendiam. Sementara tiga lainnya menyeimbanginya dengan gelak tawa yang selalu tercipta. Perbedaan sikap yang membuat Ravelo langsung merasa nyaman diantara mereka.
Seperti sekarang, Ravelo tengah menikmati es doger Mang Geboy yang katanya paling populer di kalangan murid selain siomay Mbak Wiwin yang sedang disantap Alvan.
"Rav, kalo gue boleh tau, lo kenapa milih pindah kesini daripada sekolah lain yang lebih elite?" tanya Alvin. ditengah-tengah obrolan mereka.
"Sekolah kita juga elite kali," sahut Alvan.
Alvin menelan siomay di dalam mulutnya, lalu membalas ucapan kembarannya. "Ya iya sih, tapi kan ada yang lebih elite."
"Karena gue ingin," jawab Ravelo sekenanya.
"Gue juga tau kalo itu." Alvin memutar bola matanya malas.
"Gimana sih lo, udah tau pake nanya," kata Wildan menyentak.
"Gue kan cuma mau tau alasan jelasnya. Kenapa jadi lo yang sewot?" ujar Alvin tidak terima.
"Siapa suruh kasih pertanyaan enggak berbobot kayak gitu," sungut Wildan.
"Gue tanya sama Ravelo, bukan lo!" tegas Alvin.
Ravelo menyeruput es dogernya sambil menonton Alvin dan Wildan yang sedang terlibat adu mulut. Ia terkekeh melihat kedua orang itu saling salah menyalahkan hanya karena masalah sepele. Baginya ini adalah pertunjukan menarik disaat jam istirahat seperti ini.
"Eee udah-udah. Pake adu bacot lagi. Kayak anak kecil tau gak?" sela Alvan mencoba memisahkan Alvin dan Wildan yang kini sudah bermain fisik. Keduanya saling menonyor kepala kepala lawan. Memang tidak terlalu berbahaya, tapi tetap tidak bisa dibiarkan.
Wildan menatap Alvan. "Lo anak kecil diem aja gausah ikut campur."
Alvan melotot. "Sembarangan lo ngomong. Gue udah besar gini."
"Besar apanya?" tanya Alvin.
"Apanya maksud lo?" Zafran yang sedari tadi diam menonton ikut bertanya.
"Ya apa?" Alvin pura-pura polos.
"Badannya lah, lo kira apa?" sahut Alvan.
"Ooo badannya..., dari tadi kek yang jawab. Kan gue jadi mikir macem-macem," alasan Alvin membuat Ravelo, Alvan, Wildan, dan Zafran tertawa serempak.
"Otak lo kotor, bersihin sana!" suruh Ravelo disela-sela tawa, ia melempar Alvin dengan kentang goreng yang terhidang. "Dasar ambigu!"
💍
Fay menyenggol bahu Tabita sengaja. Mengedikkan dagu pada segerombolan cowok berisik yang berdiri di ambang pintu kelas XI IPA-2. Ruang kelas seberang yang terhalang tangga turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
أدب المراهقينKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...