HAPPY READING💛
Sepasang kaki yang terbalut oleh sepatu skets itu menapaki ubin kelas dengan langkah ringan.
Bisa ia rasakan perhatian para penghuni kelas langsung tertuju padanya. Tak mempedulikan hal bisasa tersebut, dia melanjutkan langkahnya kembali dan mendaratkan bokongnya di kursi.
"Gimana? Lo mau, kan, gabung tim bakset?"
"Nggak" jawabnya singkat.
Lawan bicaranya berdecak kasar, sulit sekali merayu si hati kulkas ini. Dirinya ingat, ini sudah penawaran ke tujuh kalinya, dan jawabannya selalu sama.
Aksara Mahaprana, siswa pindahan dari surabaya. Cowok itu baru tiga bulan bersekolah di sini, tetapi sudah banyak di gandrungi oleh para gadis. Meski begitu, tak ada satu pun perempuan yang mau mengajaknya berinteraksi terlebih dahulu, Aksara sangat menutup diri dan sikapnya sangat dingin terhadap siapapun.
"Sa, ayolah. Potensi lo bagus di basket. Itung-itung biar lo makin banyak penggemar, biar lo makin tenar di sini" Haikal tetap berusaha keras.
"Males."
"Lo bisa jadi pusat perhatian, Sa."
"Caper?"
Lagi, jawaban yang terlontar dari mulut itu selalu tepat sasaran dan menancap di hati.
Haikal mengelus dada berusaha sabar, "lo nggak kasian sama tim sekolah kita?"
Aksara berdecak malas, semua ini diawali karena kebosanannya minggu lalu. Jika tau akan terus di recoki seperti ini nantinya, dia tidak akan menyentuh bola basket itu.
Bukan tanpa alasan Haikal begitu memaksa Aksara, dua bulan lagi tim basket Galaxy High School akan mengikuti turnamen basket dengan beberapa sekolah.
Tapi, dia tidak melihat potensi kemenangan dari pantauan latihan setiap hari. Seminggu yang lalu Haikal melihat Aksara yang sedang bermain bola basket sendirian, dan jika dilihat, sepertinya Aksara tahu banyak soal permainan bola basket.
Pasalnya, Aksara seringkali mengkoreksi dirinya jika salah ketika latihan.
"Yaudah, gimana kalo lo ajarin kita aja" tawar Haikal mencoba bernegoisasi.
"Tugas pak Irfan" astagaaa, Haikal sampai meremas tangannya sendiri, gemas dengan Aksara.
Haikal tau ada pak Irfan, tapi bagaimana lagi? Pelatihnya juga yang meminta Haikal untuk membujuk Aksara agar mau bergabung dengan tim basket.
"Ya, jadi pelatih kedua."
"Nggak" Aksara tetaplah Aksara, tidak akan pernah mau menuruti orang lain, kecuali orang tuanya sendiri.
Setelah mengatakan itu, Aksara beranjak meninggalkan Haikal yang memasang wajah nelangsa.
"Haikal ganteng, Haikal sabar."
***
Brakk
Suara gebrakan terdengar menggema, si pelaku memasang wajah garang. Si pemilik meja mengangkat wajahnya dari buku yang ia pegang.
"Kali ini kenapa lagi?" Tanya nya malas.
"Lo, kan, yang ngelaporin gue ke bu Nindia, kalo gue orang yang ngebully Leona" ujar orang tersebut berapi-api.
"Iya."
"Lo tahu, gara-gara mulut lo itu gue kena skors tiga hari!"
Kanaya mengangkat sebelah alisnya, lalu tersenyum sinis, "nggak peduli."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...