33.

20.6K 1K 2
                                    

Aksara menggandeng tangan Kanaya seraya berjalan mengelilingi taman yang tampak cukup ramai.

"Minum lo habis? Gue haus" tanya Kanaya.

Tanpa berucap lagi, Aksara memberikan sebotol minuman berasa miliknya itu kepada sang istri, lalu mengusap puncak kepala Kanaya singkat. Ia membawa gadis itu duduk di salah satu stan pedagang yang ada di sana.

"Kalo sore gini emang ramai ya?"

"Gatau. Gue gak pernah kesini sebelumnya" Kanaya membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan karena angin.

"Lo mau beli apa?" Tanya Aksara melihat sekeliling mereka, ramai sekali penjual jajanan.

Ia mengambil botol minumnya yang sudah kosong oleh Kanaya, lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Mau cilok itu, boleh?" Aksara mengangguk mengiyakan permintaan Kanaya.

"Tunggu sebentar" ujarnya seraya mengelus pipi Kanaya singkat.

Kanaya memperhatikan Aksara yang sedang berjalan dari kejauhan. Ia merasa sangat bersyukur karena di satukan dengan Aksara. Walaupun sampai saat ini ia tidak tau apa alasan Aksara menikahinya, tetapi cowok itu selalu memberikan perhatian dalam segi apapun padanya.

Bahkan setelah menikah, Kanaya merasa lebih bahagia. Karena dirinya memiliki keluarga baru yang begitu hangat, dan tidak memeberinya tekanan terus-menerus seperti dulu.

Memang tak jarang dirinya menangis karena merindukan orang tua kandungnya yang mungkin kini sudah bahagia dengan keluarga barunya.

Tetapi Aksara, dengan penuh kelembutan selalu membuatnya tenang, dan tidak merasa sendirian. Sekarang Kanaya memiliki Aksara, teman curhat sekaligus teman hidupnya sampai nanti.

"Hei? Ngelamunin apa?" Teguran Aksara membuatnya terlonjak kaget.

Lelaki berwajah datar itu menaikkan sebelah alisnya kala melihat gadisnya ini tidak menyambut uluran tangan Aksara yang memberikan cilok tadi.

"Ay?"

"Eh iya. Makasi" Kanaya menyengir lebar, membuat Aksara gemas.

Oh iya, ngomong-ngomong, semenjak Aksara menembaknya di hadapan teman-temannya, cowok itu mengubah panggilannya kepada Kanaya, jika biasanya memanggil 'Ya' kini menjadi 'Ay' katanya agar terdengar lebih akrab sebagai sepasang suami istri.

Mereka sepakat, untuk tidak mempublikasikan hubungan keduanya sebagai sepasang kekasih, biar saja mereka tau sendirinya. Mereka juga tidak akan mengelak jika ada yang mengatakan mereka berpacaran. Karena nyatanya memang seperti itu, lebih malah.

"Ekhem" Kanaya berdehem, karena Aksara malah fokus dengan ponsel.

Cowok itu menoleh.

"Hm?"

"Mau pinjam ponsel lo, boleh?"

Aksara mengutak-atiknya sebentar, lalu memberikan ponselnya pada gadis itu.

Ia memperhatikan wajah Kanaya dari samping. Aksara selalu suka memperhatikan wajah Kanaya, ia suka melihat ekspresi yang Kanaya perlihatkan, sangat menggemaskan.

"Lo nggak follow cewek cantik kayak orang-orang?" Tanya Kanaya, tangannya bergerak di atas layar benda pipih itu.

"Buat apa? Gue bisa liat lo setiap saat" jawabnya enteng.

Wajah Kanaya terasa panas, ia yakin wajahnya merona saat ini.

"Apaan, sih. Gombal mulu, lo. Kayak orang baru pacaran."

Tring

Kanaya membuka pesan masuk itu.

Levin

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang