43.

19.1K 917 71
                                    

Happy Reading^^

×××××××××

Kedua mata elang Aksara tertutup rapat dengan rahang mengeras, cowok itu menunju udara untuk meredakan amarahnya.

Bodoh! Lagi-lagi dirinya tak becus! Seharusnya ia sadar jika selama ini Haikal menaruh perasaan pada Kanaya. Temannya itu seringkali mengganggu Kanaya dengan keusilannya, dan ternyata ada perasaan terselubung dari candaannya.

Sial! Sial! Sial!

Entah berapa kali Aksara mengumpat hari ini, yang jelas ia merasa tidak rela jika Kanaya disukai oleh kedua temannya. Jujur, Aksara takut... Kanaya akan berpaling nantinya mengingat sikapnya yang kadang kala terlalu cuek dan masa bodoh.

Bahkan belakangan ini, Kanaya terlihat lebih dekat dengan Haikal daripada dengannya.

Aksara jarang sekali menunjukan rasa tak suka nya, cowok itu selalu pandai menutupi amarahnya sendiri, tetapi kali ini pikirannya benar-benar kacau. Memang salahnya, terlalu abai dengan keberadaan Kanaya belakangan ini.

Tapi, hey? Haruskan perempuan itu memikat perhatian setiap laki-laki yang berteman dengannya. Pertama Aldy, lalu Haikal, apa Liam juga akan turut tertarik dengan Kanaya?

Ponsel di sakunya terasa bergetar, Aksara menarik benda itu lalu menggeser tombol berwarna hijau.

"Halo?"

"Ke rumah Ale Sekarang."

"Ale Kenapa?"

"Kondisi Ale memburuk lagi, cuma kamu yang bisa tenangkan dia. Tolong, kesini sekarang."

Lagi?

Hah, Aksara mendengus kesal, kenapa disaat situasi hatinya sedang tak baik, ia malah di hadapkan dengan hal ini lagi. Tapi mau bagaimanapun, Aksara merasa sangat cemas dengan kondisinya.

Tidak, sepertinya ini bukan Aksara. Cowok itu tidak pernah merasa kacau seperti ini sampai tak bisa mengendalikan perasaannya.

Aksara memutuskan sambungan secara sepihak, kemudian pergi dengan langkah lebar.

Setelah memarkir mobilnya dengan asal, kaki panjang Aksara mulai memasuki sebuah rumah sederhana yang terlihat berantakan.

"AKU MAU KETEMU AKSA! KENAPA KALIAN HALANGIN! KALIAN SEMUA PERGI, AKU NGGAK BUTUH KALIAN!" Suara jeritan mulai terdengar ketika ia menapakkan kakinya di depan sebuah pintu kayu bercat hitam yang terbuka.

Beberapa langkah dari pintu, bisa ia lihat seorang gadis dengan kondisi berantakan dan air mata yang mengalir deras tengah mengamuk pada dua orang perempuan dan seorang pria paruh baya yang ada di sana.

"MATI KALIAN SEMUA! NGGAK ADA YANG BOLEH JAUHIN AKU SAMA AKSARA!! KALIAN CEPETAN PERGI!"

"Aku nggak mau makan kalo nggak ada Aksara disini" lirihnya sesenggukan.

"Aksara mau kesini, kan?"

"Dia sebentar lagi sampai? Aksraa masih dimana?"

"Dia mau, kan, samperin aku sekarang?"

Lagi, gadis itu bertanya pada pria paruh baya yang tak lain adalah sang ayah dengan nada yang lirih.

Pria berjas itu mendekati putrinya yang sudah sedikit tenang.

"Ale" panggilnya seraya memegang kedua bahu sang putri yang terlihat rapuh dan menyedihkan.

"Dengerin ayah bicara sebentar, ya,"

"Aksara nggak akan datang, kamu harus ngerti, ya, dia juga punya urusan. Jadi, kamu nggak bisa terus-terusan ditemani sama Aksara. Dia juga butuh pulang, butuh istirahat, butuh sekolah, sayang. Ale, kan, masih ada ayah, nanti ayah yang temani Ale untuk makan. Setelah itu minum obat, biar Ale cepat sembuh, ya?" tuturnya pada sang anak dengan selembut mungkin.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang