HAPPY READING 🧡
*
*
*"lo kalah! Berarti, mulai detik ini lo resmi gabung sama tim basket" ujar Kanaya dengan nafas terengah-engah.
Aksara menyusul gadis itu ke tribun dan ikut duduk di sampingnya.
"Ternyata lo cemen, ya. Masih kalah sama gue" Kanaya mengacungkan jempolnya ke bawah.
"Tangan gue luka, kalau lo lupa."
Kanaya hanya mendengus mendengarnya, kedua tangannya sibuk mengipasi wajahnya dan sesekali menyeka keringat yang mengucur di dahi dan pelipisnya.
Aksara mengakui kemampuan Kanaya, tetapi tidak mengucapkannya. Bisa-bisa gadis itu besar kepala.
Aksara meneguk air mineral miliknya dengan santai, lalu menutupnya kembali.
"Nggak ada buat gue juga?" Tanya Kanaya, dirinya juga merasa haus luar biasa.
Aksara menoleh ke arah Kanaya dengan menaikkan sebelah alis tebalnya.
"Parah lo! Masa cuma beli buat lo doang? Gue kan jug--" ocehan Kanaya terhenti ketika sebotol air mineral membungkam mulutnya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Aksara?
Kini Aksara percaya dengan ucapan Kanaya saat pertama kali mereka tinggal bersama, gadis itu mengatakan jika dirinya cerewet dan manja. Ya, dan Aksara sudah melihatnya langsung saat ini.
Cowok itu hampir menganga ketika melihat Kanaya minum dengan begitu rakusnya, nyaris tanpa jeda hingga tersisa sedikit saja air di dalam botol itu.
"Kenapa lo liatin gue begitu?" Tanya Kanaya ngegas.
"Rakus" cibir Aksara.
"Terus kenapa? Lo ilfiel?"
Aksara menggeleng singkat, lalu menarik tas punggungnya dan pergi dari sana.
"Jangan lupa kabarin Haikal!!" Teriak Kanaya. Sedetik kemudian tersadar, mereka, kan, pulang bersama, kenapa Aksara meninggalkannya? Secepat kilat, Kanaya berlari menyusul Aksara dengan tas di punggungnya.
"Aksara!! Tungguin gue!"
***
Kanaya menggerutu kesal saat sampai di depan pintu toilet perempuan, lihat penampilannya yang acak-acakan. Keringat bercucuran di wajahnya, baju yang sudah basah oleh keringat, rambut yang terlepas dari ikatannya, jangan lupakan wajah kesal yang terpatri di wajah cantiknya.
Salahkan Aksara, kenapa membuatnya berlari sepanjang koridor lapangan basket. Tidak sadar kah Aksara, bahwa langkah kaki cowok itu sangat lebar?
Puk.
Aksara menaruh seragam milik kanaya di atas kepala gadis itu.
Kanaya mendongak.
"Buruan ganti, gue tunggu tiga menit" ujar Aksara membuat Kanaya mendelik.
Aksara pun sama, masih menggunakan baju olahraga dengan keringat yang mengalir di tubuhnya serta rambut yang sedikit berantakan.
Beberapa menit kemudian, Kanaya keluar dengan tampilan yang sudah sedikit rapi.
"Sini tas gue" pinta nya pada Aksara.
"Udah sana gantian, lo ganti baju. Tas lo biar gue yang pegang."
Dengan santainya, Aksara malah membuka baju di hadapannya, membuat tubuh atletis itu hanya terbalut kaos berwarna hitam.
"Jangan bilang lo mau lepas kaos di sini juga?" Tanya Kanaya mengintimidasi.
Aksara menaikkan alisnya.
"Emang kenapa? Gue, kan cowok" jawabnya seperti tak ada beban.
Kanaya memukuli bahu Aksara dengan kuat, beruntung keadaan sekitar kini sedang sepi.
"Lo bego atau apa sih? Disini, kan, ada gue Aksa!! Ada cewek!" Kanaya mendorong-dorong tubuh jangkung Aksara untuk masuk kedalam toilet laki-laki.
***
Kanaya menendang-nendang angin dengan wajah ditekuk. Hari ini dirinya benar-benar kesal pada manusia kulkas itu. Sedari pagi Aksara tidak berhenti membuatnya kesal. Kanaya rasa, semakin kesini sifat menyebalkan Aksara semakin muncul.
"Itu orang buat hajat apa buang sial, sih. Kok lama banget" Kanaya mendumel sendiri.
Sudah hampir dua puluh menit gadis itu berdiri di depan mobil Aksara seorang diri.
Lihat saja, jika dalam lima menit cowok itu belum datang juga, Kanaya akan membawa mobil Aksara pulang. Biar saja cowok itu pulang naik taksi.
Kurang ajar sekali Aksara, berani-beraninya membuat cewek cantik seperti Kanaya menunggu hampir setengah jam.
Dengan perasaan yang amat kesal, Kanaya masuk ke dalam mobil duduk di kursi kemudi, kemudian merogoh saku mencari kunci.
Sial, apa kuncinya masih ada di Aksara?
Waktu sudah menunjukan hampir pukul enam sore, sekolah sudah mulai sepi hanya tersisa dua kendaraan lainnya di parkiran.
Kanaya memejamkan matanya, kepalanya bersandar pada sandaran kursi.
Ketika membuka mata, perhatiannya langsung tertuju pada sebuah kunci menancap di sana. Kanaya mengumpat dalam hati.
Kenapa dia bisa lupa jika tadi dirinya sudah hampir menyalakan mesin mobil sebelum Aksara pergi ke toilet.
Baiklah, dia akan meninggalkan Aksara sekarang juga. Sekali-sekali tidak masalah, kan, mengerjai cowok itu?
"Gue tinggal rasain lo" gumamnya pada diri sendiri.
"Ekhemm" sebuah deheman membuat Kanaya terkejut bukan main, Kanaya melihat sosok Aksara sudah duduk manis di kursi penumpang di sampingnya. Sejak kapan cowok itu masuk? Kenapa Kanaya tidak menyadarinya?
"Kapan lo masuk?!" Pekik Kanaya refleks.
Aksara menyentil jidat Kanaya pelan membuat sang empu mengaduh.
"Mikirin apaan lo? Sampe nggak sadar gue udah masuk daritadi" tanya Aksara.
"Lo kenapa suka banget muncul tiba-tiba sih?!" Sentak Kanaya kesal, tak mengindahkan pertanyaan Aksara yang ditunjukan kepadanya.
Aksara hanya memasang wajah datar menatap Kanaya yang tengah misuh-misuh.
"Jalan" ujar Aksara memerintah.
Kanaya tersenyum sinis, "nyuruh-nyuruh gue lagi, lo!"
Aksara memutar bola matany malas, membiarkan saja Kanaya berkicau.
Entah perasaannya saja, atau memang benar, setelah menikah mereka berdua malah sering berdebat tak jelas seperti ini. Padahal, kan, dulu mereka masih adem-adem saja.
Apa karena kini sifat dan sikap asli keduanya mulai muncul satu sama lain? Sehingga tidak ada lagi kata jaim.
"Dasar vampir!" Umpat Kanaya kesal.
"Vampir?" Beo Aksara.
"Iya, lah! Suka ngilang dan dateng tiba-tiba" kedua alis Aksara menyatu mendengar kalimat yang Kanaya kontarkan. Sepertinya gadis ini salah memberikan perumpamaan.
"Lo nggak tau vampir? Norak lo! Vampir itu yang suka gigit leher, kayak gini--" Kanaya mendekatkan wajahnya ke arah leher Aksara, dan menggigitnya pelan.
Kanaya mendengar Aksara sedikit melenguh, membuat gadis itu sadar dengan apa yang sedang ia lakukan. Bulu kuduk Aksara serasa berdiri karena perbuatan Kanaya.
"Aya.." gumam Aksara dengan suara sedikit serak.
Sial, titik sensitif nya!
Kanaya menjauhkan wajah, menatap panik ke arah Aksara yang memjamkan mata.
"S-sorry, gue lupa kalau lo cowok."
***
Jum'at, 25 Juni 2021.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...