49. FAKTA MENGEJUTKAN

22.7K 908 23
                                        

"Liam, gue bener-bener nggak nyangka dia bisa sebusuk itu."

Aksara tidak bisa berdiam di depan ruang rawat Kanaya, ia khawatir dengan keadaan sang istri dan juga calon bayi mereka.

Haikal, Aldy, Leona dan juga Aruna masih merapalkan doa untuk keselamatan Kanaya beserta jabang bayinya.

"Tapi-- Le, kenapa lo bisa tau rumahnya Liam?" Aldy akhirnya menanyakan hal yang sedari tadi mengganjal di pikirannya. Semua orang yang ada di sana langsung mengalihkan perhatian pada Leona, termasuk Aksara.

Leona menjawab dengan gemetar, terlihat dari kedua tangannya yang saling bertautan.

"Ehm, aku pernah denger percakapan Liam sama adiknya, mereka mau pisahin Kanaya sama Aksara dengan cara lenyapin kandungan Kanaya" tuturnya gemetar.

Aksara langsung naik pitam.

"Kenapa lo nggak bilang? Dari awal gue udah tau kalo lo pasti punya niat buruk sama Kanaya, sampe hal sebesar ini aja lo nggak bilang sama gue."

"Lo sengaja mau liat mereka bunuh anak gue, iya?!"

"Nggak gitu--"

"Terus apa? Kalo lo bilang dari kemarin-kemarin soal ini, nggak mungkin sekarang Kanaya sama anak gue ada di dalam sana!" Serang Aksara tanpa memberi kesempatan Leona untuk menyela.

Gadis itu menangis, takut saat akan menjelaskan ini.

"G-gue hiks, gue takut, Sa. Liam tau kalo gue denger percakapan mereka, waktu gue mau bilang ke lo, dia ngancam bakal hancurin hidup gue yang menyedihkan."

"Tadinya gue pikir itu cuma gertakan dia aja, tapi ternyata dua hari setelah dia ngancam gue, om Tama tiba-tiba datang, dia hampir lecehin gue. Dan dia minta gue buat tutup mulut kalo nggak mau dia perkosa hiks."

"G-gue..." Leona tak melanjutkan ucapannya, tak kuat menahan segala masalah yang berdatangan padanya belakangan ini. Haikal yang ada di sampingnya dengan sigap memeluk gadis itu.

"Gue nggak mau merendahkan harga diri gue untuk kedua kalinya. Udah cukup gue jadi selingkuhan bokap nya Una. Gue merasa sangat amat bersalah, gue nggak mau berbuat dosa lebih banyak lagi..."

Aksara mengatupkan bibirnya mendengar hal itu.

"Una, gue minta maaf banget sama lo, gue bener-bener nggak berniat buat hancurin rumah tangga orang tua lo. Tapi keadaan yang paksa gue jadi kayak gini" isaknya dengan tangisan yang semakin deras.

"Gue terpaksa jalin hubungan sama om Arya karena waktu itu gue butuh biaya buat pengobatan mama. Tapi setelah mama nggak ada, gue nyesel banget ngelakuin itu. Bahkan gue rasa harga diri gue udah jatuh banget. Gue ngerasa seperti iblis, bisa-bisanya gue yang masih belia rusak rumah tangga orang."

"Sekarang gue sebatang kara, jadi gue takut waktu dapat ancaman kayak gitu dari manusia biadab seperti mereka. Nggak ada lagi tempat gue buat berlindung. Gue harus berdiri di atas kaki gue sendiri. Gue nggak punya siapapun saat ini."

"Dan tadi, gue sengaja temuin om Arya buat jelasin semuanya. Gue nggak mau tersesat lebih jauh lagi. Gue mau akhiri semuanya. Gue minta maaf, Una" Aruna hanya diam, dengan pandangan kosong.

Selama dua tahun ini hidupnya berantakan karena Leona. Ia tidak pernah lagi merasakan perhatian dari kedua orang tuanya karena gadis itu. Hingga setelah ayah dan ibunya berpisah, pun, ternyata mereka masih berhubungan asmara.

"Nggak masalah kalo lo mau benci sama gue, Na. Gue janji, setelah ini gue nggak akan pernah muncul di hadapan kalian semua, please maafin gue" mohon Leona penuh sesal.

"Gapa--"

Grep.

Dalam hitungan detik, Aruna langsung menarik Leona ke pelukannya dan ikut menangis. Perempuan itu menang bersalah, tapi Aruna mengerti jika saat itu Leona sedang dalam keadaan tertekan.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang