10. MENIKAH.

37.4K 1.6K 8
                                    

HAPPY READING 🧡

*
*
*


Setelah lima hari berlalu, kini tiba waktunya dimana Aksara akan mengikat Kanaya menjadi istrinya di usia yang masih belia. Aksara hanya berharap semua berjalan sesuai dengan keinginannya.

Aksara sudah duduk di depan Gito dan juga penghulu untuk mengucapkan akad atas Kanaya.

Tidak munafik, Aksara merasa sangat gugup saat ini. Bagaimana tidak? Ini akan jadi pengalaman pertama dan terakhirnya seumur hidup. Menjadikan anak gadis orang sebagai pendamping hidupnya.

Sedari tadi, Jihan tidak berhenti tersenyum, merasa sangat senang karena sebentar lagi Kanaya akan menjadi bagian kelurganya.

Suara yang menggema berhasil membuat Aksara semakin panas dingin. Tangannya berkeringat.

Walaupun diadakan secara tertutup, tetapi ada beberapa orang rekan dari Azis dan juga kerabat dekat Aksara dan juga Kanaya.

Dengan mantap, Aksara menjabat tangan Gito.

"Saudara Aksara Mahaprana bin Azis Malik, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan anak saya Kanaya Lishabil Azzata dengan maskawin emas seberat lima puluh gram di bayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya Lishabil Azzata binti Gito Wardana dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai" ucap Aksara lugas, keringat membasahi pelipisnya.

"Bagaimana saksi, sah?"

"SAHH!!"

Aksara menghela nafas lega, tidak sia-sia dirinya menghafal selama satu minggu ini. Sekarang, statusnya resmi menjadi seorang suami dari Kanaya Lishabil Azzata.

Aksara menoleh ke belakang saat suara riuh terdengar, ternyata itu Kanaya, dengan Jihan dan juga Indy di samping kanan dan kirinya.

Tubuh ramping itu kini terbalut kebaya khas pengantin, membuat Kanaya tampak sangat cantik dan anggun.

Tubuh ramping itu kini terbalut kebaya khas pengantin, membuat Kanaya tampak sangat cantik dan anggun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Kebaya yang dipakai Kanaya.

Aksara berdehem ketika Kanaya duduk di sampingnya. Jantungnya terasa berdebar sangat kencang kala Kanaya meraih tangannya lalu menyalami tangan Aksara.

Dengan perlahan, Aksara membingkai wajah Kanya lalu mendekatkan wajahnya dan mengecup dahi gadis itu dengan cukup lama.

Jantung keduanya berdebar kencang, lalu saling tersenyum canggung.

Selanjutnya, mereka menjalankan rangkaian acara mulai dari penandatanganan buku nikah hingga acara berfoto.

"Ayok, dong. Kalian belum ada foto berdua, loh" bujuk Jihan, karena sedari tadi keduanya hanya berfoto dengan rekan tamu undangan.

Pasrah, Aksara dan Kanaya pun akhirnya memilih pasrah karena dibujuk sedari tadi.

Dengan kaku, Aksara mendekati Kanaya, mereka berdiri tegak dengan wajah kaku, seperti foto KTP saja! Bahkan mereka membentangkan jarak, tidak seperti pengantin pada umumnya.

"Yang deket, dong. Masa kayak orang musuhan gitu, sih?"

Sang fotografer mengarahkan tangan Aksara melingkari pinggang ramping Kanaya, lalu tangan kiri gadis itu di letakkan di rahang Aksara.

Mereka tersenyum ke arah kamera, tidak, maksudnya hanya Kanaya. Aksara tetap dengan wajah flat.

Kanaya menoleh pada Aksara. Tapi, tak sengaja bibir Aksara malah mendarat tepat di pipi Kanan nya. Kanaya tersentak, saat hendak menjauhkan wajah, suara sang fotografer kembali menginstruksinya.

"Ya, bagus. Begitu, tahan" ucapnya, lalu mulai memfokuskan kamera ke arah pasangan muda itu.

"Aaaa seneng deh, Mamaaa" pekik Jihan melihat hasil jepretan itu.
Dengan cepat, Aksara melepaskan rangkulannya dan menjauhkan wajahnya dari wajah Kanaya.

Wajah keduanya terlihat merona, terlebih Aksara, bahkan sampai telinganya pun ikut merona karena malu.

"Gemes banget, sih, kalian. Malu-malu gitu."

Azis hanya menggeleng melihat tingkah istrinya yang seperti bocah SD.

Tamu undangan sudah mulai bubar, karena pernikahan di laksanakan di gedung, bukan di rumah. Jadi, tidak banyak tetangga yang hadir, karena mereka hanya mengundang beberapa kerabat terdekat saja.

Kanaya menunduk, memutar-mutar cincin yang bertengger di jari manisnya. Cincin itu tampak cantik di tangan nya. Kanaya tidak menyangka jika pernikahan ini benar-benar terjadi. Ada rasa ingin bercerai juga di hatinya. Tapi, tidak mungkin dia melakukan itu, bahkan dirinya baru dua jam menyandang status istri.

Kanaya terdiam saat Gito menghampirinya, Indy sudah pulang sejak akad nikah selesai. Sepertinya, wanita itu sangat enggan berada di sini.

"Selamat atas pernikahan kalian. Kalau begitu, papa pergi dulu, ya? Rumah itu anggap saja pemberian papa untuk kalian berdua."

Kanaya menatap kecewa pada pria itu. Bahkan, di saat seperti ini saja, Gito tidak mau mendampinginya.

Baru saja lupa akan masalah keluarganya, kini Kanaya di buat kecewa lagi.

Berbeda dengan dada nya yang bergemuruh sesak, respon Kanaya hanya berupa anggukan kepala singkat.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Gito meninggalkan gedung itu bersama seorang balita laki-laki, sepertinya adik tiri Kanaya.

Tanpa sadar, tangan Aksara mengelus pundak Kanaya pelan, Jihan yang melihat itu tersenyum.

"Oh iya, Sa, ajak makan dulu, Kanaya. Kalian belum makan, kan?"

"Iya, ma" jawab Aksara tanpa membantah, lalu pergi dari sana dengan Kanaya di sampingnya.

Mereka berdua belum makan siang, sarapan pun hanya sedikit tadi pagi karena terlalu gugup menghadapi hari pernikahan.

Oh iya, satu hal yang membuat Jihan bangga, adalah mahar dari Aksara.
Aksara menggunakan uang tabungan yang dimilikinya untuk memberikan mahar kepada Kanaya, walaupun tidak seberapa, tetapi itu hasil kerja kerasnya sendiri. Tak apa, lah.

Kanaya dan Aksara makan dalam diam, tanpa suara.

Wajar saja, keduanya pasti merasa canggung untuk saat ini. Mereka bahkan tidak terlalu dekat, bagaimana bisa tiba-tiba terikat dalam status pernikahan.

"Kita nginap di rumah mama dua malam sebelum pindah" info Aksara, Kanaya mengangguk.

Fikiran Kanaya bercabang, apakah dia bisa membagi waktu untuk di rumah dan di sekolah? Sejujurnya, Kanaya saja terkadang masih kesulitan mengurus diri sendiri, apalagi seperti sekarang, apa dia bisa?

Kini, dia harus membuat sarapan untuk dua orang, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga dengan Aksara. Kanaya juga harus berbagi tempat tidur dengan cowok itu.

Dia mengalihkan fokusnya pada Aksara yang bangkit, seraya berbicara dengan suara yang tidak terlalu keras.
Ternyata, Aksara pergi untuk berganti pakaian.


***


Kini Kanaya dan juga Aksara sedang saling diam, tidak ada perbincangan di dalam mobil. Mereka menuju rumah kedua orang tua Aksara.

"Tidur aja kalau ngantuk" ujar Aksara saat melihat Kanaya hampir tertidur, lalu tersentak karena laju mobil.

Kanaya tersenyum, lalu tanpa protes langsung memperbaiki posisinya senyaman mungkin dan memejamkan mata.

***




Jum'at, 18 Juni 2021.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang