HAPPY READING
*
*
*Hari ini merupakan hari pertama Kanaya dan juga Aksara berangkat bersama ke sekolah. Karena biasanya, mereka akan menaiki kendaraan yang berbeda agar terhindar dari gosip mengingat mereka berdua cukup populer di sekolah.
Aksara dengan segala karismatiknya, dan Kanaya dengan segala sikapnya.
Sejak lima menit yang lalu, keduanya masih berdiri di depan gerbang rumah berebut kunci mobil.
Ya, mereka berdebat karena ingin mengemudi. Aksara tidak memperbolehkan Kanaya mengendara, tetapi Kanaya memaksa Aksara agar gadis itu saja yang mengemudi. Bukan tanpa alasan, kemarin sore, tangan Aksara terkena air panas saat hendak merebus mie.
"Tangan lo sakit, Sa. Nanti kalo kita kecelakaan gimana?" Kanaya mencak-mencak. Ia sudah meminta di antar supir, tadi. Tetapi cowok itu malah menolaknya.
"Tangan masih ada perban aja belagu" sindir Kanaya.
"Lebay lo. Tangan gue udah nggak sakit, Aya." Balas Aksara, lalu membuka perban yang melilit di tangan kirinya.
"Ngapain di buka, sih!" Kesal Kanaya, dia sedikit meringis saat melihat jari telunjuk Aksara yang sedikit melepuh.
"Nih. Terserah lo!" Kanaya melemparkan kunci mobil itu pada Aksara dengan kasar lalu masuk dan menutup pintu mobil dengan kencang.
Aksara tersenyum kecil. Semakin lama, dia semakin tau sifat asli Kanaya. Salah satunya, gadis itu mudah sekali kesal.
"Bibirnya biasa aja" ujar Aksara begitu melihat bibir Kanaya mengerucut dan alis yang bertautan menandakan gadis itu sedang kesal.
Dan, wajah masam itu bertahan sepanjang jalan ke sekolah, terlintas ide jahil di kepala Aksara.
"Aaaa!!" Aksara terkekeh mendengar teriakan Kanaya begitu ia menancap gas dengan kecepatan tinggi.
Plak.
Citt.
Kanaya menepuk tangan Aksara membuat cowok itu refleks menginjak rem membuat kepala Kanaya hampir terbentur.
"AKSAA!!"
Hendak marah, tetapi ketika melihat wajah Aksara yang meringis menahan sakit Kanaya mengurungkan niatnya.
"Tuh, kan. Gue bilang juga apa? Tangan lo masih sakit! Bandel banget di bilangin" ujarnya kepalang kesal.
"Sakit gara-gara lo timpuk oon" balas Aksara sengit.
"Ya, lagian, lo ngapain main ngebut aja?!"
Pada akhirnya, Kanaya juga yang mengipasi tangan Aksara berharap rasa sakitnya berkurang.
"Gue aja deh, yang nyetir, ya? Daripada kita telat" pinta Kanaya.
"Gue janji bawanya hati-hati" lanjutnya sebelum Aksara bersuara.
Dengan sangat terpaksa, Aksara menurut lalu bertukar posisi menjadi Kanaya yang duduk di kursi kemudi.
***
"Sa, kenapa lo nggak ikutan basket aja?" Tanya Kanaya sambil mengemudi.
"Gue nggak suka jadi pusat perhatian" jawabnya simpel.
"Cuma karena itu? Setau gue nih, ya, cowok yang punya muka cakep bukannya seneng ya caper sana sini?"
Aksara menoleh ke arah Kanaya dengan kening yang berkerut.
"Secara nggak langsung, lo bilang kalo muka gue cakep?" Tanya Aksara.
"Ya--nggak gitu juga" jawab Kanaya.
"Maksudnya, lo, kan, lumayan good looking ya menurut orang-orang--kecuali gue" lanjutnya.
"Teori dari mana?" Aksara balik bertanya.
Kanaya menggedikan bahunya tak tahu, itu kan hanya menurut pendapat dirinya sendiri.
"Ohh! Gue tau! Jangan-jangan lo emang nggak bisa main basket, ya? Makannya nolak terus?"
"Lo pikir ngapain Haikal maksa gue buat gabung kalo gue nggak bisa?"
Kanaya mengangguk-angguk. Benar juga.
"Gimana kalo kita tanding?" Tawar Kanaya membuat Aksara menyerinyit.
"Tanding basket. Kalo lo menang, gue bakal ikutin apapun yang lo mau. Kalau gue yang menang, lo harus gabung jadi anggota tim basket Galaxy High School. Gimana?"
Aksara berfikir sebentar, tawaran yang cukup menarik. Lagipula, dirinya tidak yakin jika Kanaya bisa bermain basket dengan baik dan mengalahkannya.
"Oke" balas Aksara yakin.
"Tapi ingat perjanjiannya. Kalo gue menang, lo harus turuti semua kemauan gue" Kanaya mengangguk paham.
Aksara tidak tahu saja, jika Kanaya sangat pandai memainkan bola berwarna oranye itu.
***
Kanaya memarkirkan mobilnya di tempat semestinya, ternyata di sana ada Aldy, Haikal, dan Gatan-- kapten basket.
"Waduh! Sejak kapan seorang Aksara ke sekolah di anter sama cewek. Kanaya?!" Kata Haikal degan pekikan ketika menyebutkan nama Kanaya.
Kanaya memandang Aksara tajam, gara-gara cowok itu memaksanya untuk pergi ke kelas bersama, akhirnya mereka malah bertemu makhluk kasar.
Kanaya melemparkan kunci mobil pada Aksara yang ada di sampingnya.
"Aksara gabung tim basket" ujar Kanaya to the point.
Aksara membiarkan saja Kanaya memberitahukan itu pada mereka, yakin sekali gadis itu akan menang!
Respon Haikal sangat lebay, cowok itu sampai tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk.
"Seriusan lo?! Akhirnyaaa, hampir satu purnama gue bujuk, hati batu itu hancur juga yaampun" heboh Haikal seperti anak perempuan membuat Aldy ingin menghabisinya sekarang juga.
"Dapet ilham dari mana lo, Sa?" Kekeh Aldy.
Gatan ikut mendekati mereka berempat, lalu menepuk pundak Aksara dua kali dan melakukan tos ala cowok.
"Gue ke kelas" info Kanaya lalu mulai melangkah pergi, tidak peduli mereka merespon ucapannya atau tidak.
"Btw, kok lo bisa pergi ke sekolah bareng Naya?" Gatan bertanya mewakili isi pikiran Aldy dan Haikal.
"Ya, gitu" jawabnya singkat.
Mereka memperhatikan punggung kecil Kanaya yang berjalan semakin menjauh dengan rambut yang lurus sepinggang.
"Ni tangan lo kenapa?" Tanya Aldy membuyarkan fokus Aksara. Ia melihat ke arah tangan kirinya yang masih memerah dengan sedikit luka akibat melepuh.
Aksara jadi teringat, kedaan tangannya sedang seperti ini, bagaimana dia bisa bermain basket? Sedangkan Kanaya mengajaknya tanding sepulang sekolah hari ini.
***
Kamis, 24 Juni 2021.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Fiksi Remaja"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...