Pintu ruangan Kanaya tiba-tiba terbuka, seorang pemuda dengan wajah berkeringat masuk dan mendekati tempat gadis itu berbaring.
Langkahnya melambat melihat Kanaya yang tengah duduk menatap ke arahnya dengan pandangan kosong.
Sedetik kemudian, air mata meluncur bebas di pipi perempuan itu. Dengan segera, Aksara meraih tubuh yang lemas itu ke pelukannya. Membiarkan Kanaya menangis tergugu di pelukannya.
Sampai satu kalimat yang meluncur dari mulut gadis itu membuat dirinya lemas tak bertenaga, pikirannya kosong seketika.
"Aku keguguran" isak Kanaya terdengar begitu pilu.
"Dia udah nggak ada di perut aku, Sa."
Laki-laki itu tak bersuara sama sekali, hanya berusaha menenangkan Kanaya yang nampak sangat terguncang karena baru saja mengalami pelecehan dan kehilangan bayi mereka.
Beberapa saat ruangan hening hanya ada suara sesenggukan Kanaya yang belum reda.
Teman-temannya masih berada di luar, mereka tak berani masuk lagi karena tadi Kanaya langsung histeris saat melihat mereka di ruangan itu.
Ketika sudah cukup tenang, Aksara mengambil kursi yang ada di ruangan itu dan menariknya ke samping brankar Kanaya.
Aksara menemani Kanaya hingga perempuan itu tertidur dengan bekas air mata dan mata yang sangat sembab.
Kata dokter, janin Kanaya tidak bisa bertahan dikarenakan perempuan hamil itu sepertinya terlalu tertekan, dan ternyata Kanaya sering sekali mengalami kontraksi di perutnya. Tetapi perempuan itu sama sekali tidak mengeluhkan apapun padanya.
Ini semua memang salah Aksara. Dia tidak terlalu memperhatikan Kanaya karena terlalu sibuk dengan Azis dan juga Alena. Hingga dia menganggap kandungan Kanaya baik-baik saja.
Ditambah lagi, Kandungan Kanaya lemah karena umurnya masih belia, dan sepertinya Kanaya mengalami benturan yang cukup kuat saat kejadian pelecehan tadi.
Dengan langkah gontai, Aksara menghampiri teman-temannya di luar ruangan.
"Gimana?" Tanya Haikal.
"Keguguran. Gue mau kabarin mama dulu, titip Kanaya sebentar. Dia lagi tidur" jawab Aksara dengan senyum getir.
***
"Kamu mau jalan-jalan kemana? Mumpung hari ini cuacanya cerah" tanya Aksara berusaha menarik minat Kanaya untuk melihat suasana sekitar rumah sakit.
"Kamu mau ke taman? Oh, atau ke kantin? Kamu pasti laper, kan, kamu belum makan dari pagi" lanjutnya dengan senyuman walaupun tak mendapat respons dari perempuan itu.
Lama perempuan itu terdiam, hanya menatap wajah Aksara dengan sendu. Lelaki itu nenghela nafas pelan, diraihnya kedua tangan mungil itu dan mengelusnya sembari tersenyum teduh.
"Gausah di pikirin lagi, ya. Jangan sedih terus, kamu masih punya aku. Kamu nggak sendirian, jangan takut sama omongan-omongan siapapun nantinya."
"Kita yang jalani kejadian ini, bukan mereka. Mereka cuma tau hal negatifnya aja, tapi nggak pernah liat dari sisi lainnya, okey?"
Aksara paham, Kanaya merasa takut mendapat banyak cemoohan dari teman-temannya nanti. Karena berita Kanaya keguguran sudah menyebar di sekolah. Dan sumbernya adalah Liam.
Kanaya mengangguk lemah, lalu menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes lagi.
"Yaudah, sekarang kita mau kemana? Biar aku siapin kursi roda nya."
Kedua tangan mungil perempuan itu kembali bertautan dengan bibir yang sedikit bergetar.
"Kamu bakal tinggalin aku, kan, Sa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...