Hening memenuhi ruangan yang luas ini, si pemilik kamar tidak bersuara sedikit pun. Tangannya sibuk mencoretkan pena ke atas kertas, terlihat sudah banyak sekali rumus yang tertera di kertas itu.
Aktifitas rutin yang Aksara lakukan setiap hari, yaitu belajar. Aksara selalu menyempatkan waktu untuk belajar di rumah walau hanya sekedar membaca materi. Mestinya sekarang dia belajar di kelas, berhubung sedang libur, jadilah dirinya berkutat dengan buku di dalam kamar.
Suasana yang hening sangat mendukung konsentrasi Aksara dalam memecahkan soal-soal latihan yang ada di buku paket.
Aksara lebih suka belajar daripada bermain seperti remaja pada umumnya, menurutnya itu menghabiskan tenaga. Wajar saja, Aksara termasuk orang yang tak suka basa-basi, dia tipe orang yang to the point.
Selama sekolah di GHS, Aksara bahkan hanya memiliki tiga orang teman dekat, yaitu Haikal, Aldy dan juga Liam.
Kurang lebih delapan belas soal Fisika yang sudah Aksara pecahkan dalam waktu satu jam.
Ia tersentak saat tangannya tak sengaja menyenggol gelas yang berisi air. Dengan gerakan cepat, Aksara mengambil ponselnya yang sedikit terkena tumpahan air itu.
Tangannya bergerak untuk mengelap bagian ponselnya yang basah, tapi mata tajamnya terfokus pada notifikasi panggilan tak terjawab, Aksara meneleponnya kembali.
Setelah mendengar maksud si penelepon menghubunginya, dia langsung menyambar kunci motor dan jaket yang tergantung di balik pintu.
***
Cowok beralis tebal itu menghentikan laju motornya ketika sampai di sebuah rumah sakit. Dengan langkah lebar, Aksara mencari ruangan yang tertera di layar ponsel miliknya.Dia langsung membuka pintu begitu menemukan ruangannya. Lalu bernafas legah ketika melihat seseorang di dalam sana tidak terluka parah.
"Kenapa bisa?" Tanya Aksara.
"Nggak apa-apa, kok. Cuma luka kecil aja" jawabnya tenang.
"Jangan bilang siapapun, ya" lanjut orang itu.
Aksara mengangguk saja, lalu berjalan di belakang orang tersebut, Aksara datang ke sini untuk menjemput, tadi orang di hadapannya ini meminta untuk di jemput di rumah sakit karena baru saja tertabrak motor di dekat area balap. Untung saja tidak terluka parah.
Ekspresi Aksara tetap tenang, mungkin sudah pembawaannya sejak bayi.
Astaga, Askara sampai lupa, kenapa dia malah membawa motor? Yasudah, lah. Lagian lukanya juga hanya di bagian tangan dan kening, tidak dengan kaki. Sepertinya masih bisa menaiki motor.
***
"Kanaya?" Gumam Aksara di balik helm nya.Aksara berhenti, membuka helm dan menghampiri rumah yang bercat putih itu, dimana dia melihat Kanaya.
Aksara melihat gadis itu tengah menangis sambil terduduk, di depannya terdapat wanita paruh baya yang terlihat sangat marah, Aksara mendekati mereka dengan langkah pelan.
"Aku nggak mau, ma!" teriakan Kanaya memancing emosi wanita itu.
Sebelum tangan itu mendarat di wajah Kanaya, Aksara lebih dulu menepis tangan wanita paruh baya tersebut. Cowok itu memeluk Kanaya dan membawanya berdiri.
Degg
Jantung Kanaya tiba-tiba berdebar dengan sangat cepat kala melihat dada bidang seseorang melindunginya dari tamparan Indy, Kanaya mendongak, lalu mendapati Aksara dengan wajah datar dan mata tajamnya.
"Siapa kamu?!" Tanya wanita itu berang.
Tanpa mengucap sepatah kata ataupun menjawab pertanyaan tadi, Aksara malah membawa Kanaya menuju motornya, dia mendengar teriakan wanita itu memanggil nama Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Novela Juvenil"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...