47. PERGI

23K 926 25
                                    

Aksara mengacak rambutnya kasar, sedari tadi Kanaya tak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan. Perempuan itu masih mengurung diri di kamar tamu, sepertinya belum mau memaafkan Aksara.

Benda persegi panjang milik Aksara berdering, ia menerima panggilan dari Ale.

Gadis itu memintanya untuk menemani pergi ke psikiater, Aksara tak bisa menolak.

Hanya dengan dirinya Ale mau pergi ke psikiater secara rutin. Jadi, demi kesembuhan gadis itu Aksara pasti akan menurut.

Sekali lagi, Aksara menoleh ke arah pintu kamar yang didalamnya terdapat Kanaya. Melihat tak ada tanda-tanda pintu dibuka, Aksara memutuskan untuk pergi.

Sementara di sisi lain, Kanaya menatap nyalang bayangan wajahnya yang ada di depan cermin.

Hatinya yang sudah mulai luluh, akan memaafkan Aksara dan mendengarkan penjelasan yang entah itu fakta atau kebohongan cowok itu. Sialnya, ia membuka pintu kamar bertepatan dengan Aksara yang mengiyakan ajakan Ale.

Kanaya menatap kecewa kepergian Aksara, padahal cowok itu sangat tau Kanaya tak suka ditinggalkan disaat mood nya tidak bagus. Ia lalu keluar dari kamar dan pergi ke dapur, mencari sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari percakapan Aksara tadi siang.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Kanaya, perempuan itu segera melihatnya.

Mama
Aya, mama minta maaf atas kejadian kemarin.

Bisa temuin mama di tempat kemarin?

Ini soal papa.

Kalo kamu masih peduli sama papa, temui mama sore ini jam 4. Mama tunggu.

Kanaya membulatkan matanya membaca deretan pesan itu. Sejak kapan mama nya sangat rendah hati untuk meminta maaf, Indy bahkan memiliki watak lebih keras dan egois daripada Gito.

Tapi maniknya terfokus pada pesan terakhir. Bukankah kedua orang tuanya sudah tidak ada hubungan apapun sekarang?

Kenapa mama tiba-tiba mau bahas papa? Batinnya bermonolog.

Diliriknya jam dinding, sudah menunjukan pukul 14.41. Ia jadi sedikit khawatir pada sang papa, ada apa sebenarnya dengan Gito?

Ketukan pintu terdengar dari dapur. Kanaya menghampiri pintu kemudian membukanya, di sana ada seorang pria dengan rambut yang sedikit basah.

"Maaf, siapa, ya?"

***

Pukul enam sore, Aksara baru sampai di rumah, tetapi ia tak menemui siapapun. Bahkan, gerbang tidak tertutup dengan sempurna?

Ternyata ada pak Arkan di gazebo tempat satpam, pria baya itu tertidur di sana.

Cowok itu melangkahkan kaki menuju kamar, menyimpan ponsel dan juga jaketnya. Kemudian menghampiri kamar tamu yang pintunya masih tertutup.

Tok tok tok.

"Aya?"

Tak ada jawaban. Aksara mengetuk pintu itu kembali.

"Sayang? Kamu masih mau nenangin diri? Aku minta maaf. Biar aku jelasin dulu, ya? biar kamu nggak salah paham."

Ia mengetuknya lagi, namun masih sama, tak ada jawaban dari dalam sana. Apa Kanaya tertidur? Tak tahan lagi menunggu, Aksara mengambil kunci cadangan kemudian membuka pintu itu dengan mudah. Biar saja Kanaya marah jika dirinya masuk.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang