12. RUMAH KITA.

37.8K 1.7K 18
                                    

HAPPY READING 🧡

*
*
*

Aksara menggeret koper yang berisi pakaian miliknya dan juga milik Kanaya, hari ini mereka berdua akan mulai mengisi atau tinggal di rumah Kanaya.

Sempat terjadi sedikit cekcok antara Aksara dan juga Jihan. Karena wanita itu tidak mau mereka meninggalkan rumah ini. Sedangkan, tidak mungkin Kanaya dan Aksara terus tinggal di sini. Lagipula, Kanaya yang memintanya untuk tinggal di rumah gadis itu saja, setelah memikirkannya matang-matang, Aksara pun mau tinggal di rumah milik Kanaya.

Tidak mungkin juga bagi Aksara membeli rumah baru, dirinya masih sekolah, sebanyak apapun tabungan yang dimilikinya tetap saja tidak akan cukup untuk membeli sebuah rumah. Jadi, apa salahnya untuk meninggali rumah itu.

Toh, itu adalah hadiah pernikahan dari papa Kanaya.

"Jangan lebay, deh, ma" ucap Aksara jengah. Jihan sedari tadi merengek padanya agar tidak membawa Kanaya pergi dadi rumah ini.

"Kok, lebay, sih! Aya, kan, baru dua hari tinggal di sini."

Kanaya mendekati sang mertua, lalu memeluknya singkat.

"Nanti Aya main ke sini, kok, Ma."

Aksara memutar bola matanya malas saat menyaksikan drama yang di ciptakan oleh sang mama.

"Kita pamit, ma, pa" pamit Aksara menyalami tangan kedua orang tua nya.

Mereka pergi menggunakan mobil. untuk motor Aksara, nanti akan di antar oleh asisten papa nya.

Kanaya melambaikan tangan ketika Aksara mulai melajukan mobil.

***

"Kita pake kamar gue aja, mau?" Tanya Kanaya ragu. Pasalnya, kamar miliknya masih dengan cat berwarna biru dan pink serta ada beberapa koleksi boneka yang sangat menggambarkan perempuan.

Aksara mengangguk singkat, lalu membawa koper itu menuju kamar Kanaya karena belum ada ART baru lagi untuk membersihkan rumah ini.

"Taruh di situ aja, biar gue rapikan."

Aksara menaruh koper miliknya ke sudut ruangan kamar. Lalu melihat sekeliling kamar yang dominan warna pink.

"Oh, iya, Sa. Besok antar gue ke supermarket, mau nggak? Perlengkapan mandi sama perlengkapan pribadi gue udah habis."

"Besok sekolah" jawabnya enteng.

"Ya, pulang sekolah, Sa. Emang lo ada acara?"

Aksara menggeleng.

"Ada charger nggak?" Tanya Aksara. Baterai ponselnya hanya tersisa satu persen. Dia lupa mengisi daya ponselnya malam tadi.

"Ayok" ajak Aksara membuat Kanaya bingung.

"Ayok kemana?"

"Supermarket. mumpung masih siang."

"Tunggu bentar, gue ganti baju dulu."

Aksara menunggu Kanaya selesai seraya duduk di sebuah bean bag dekat meja koleksi boneka.

Aksara teringat sesuatu, dia melirik ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Dia ingin menanyakan sesuatu pada Kanaya.

Kanaya keluar dengan celana selutut dan kaos berwarna tosca dengan rambut yang di cepol atas.

"Aya" panggil Aksara.

Kanaya sendiri yang meminta, untuk memanggilnya dengan sebutan Aya. Alasannya simpel, karena itu panggilan khusus dari orang tuanya. Dan, dia sendiri juga lebih suka di panggil 'Aya' daripada 'Naya.'

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang