Hari ini Aksara mendapatkan sebuah pesan, dimana isinya meminta ia untuk datang ke sebuah cafe yang letaknya cukup jauh dari rumahnya dan Kanaya.
Sedikit menghela nafas, Aksara pun akhirnya mandi dan bersiap untuk pergi. Melihat siapa pengirim pesan itu, membuatnya mau tk mau harus datang ke temoat itu.
Saat hendak keluar rumah, ia berpapasan dengan Kanaya yang baru saja turun dari kamar.
Ia jadi sedikit tak enak pada gadis itu, ini hari libur dan dirinya malah meninggalkan Kanaya sendirian di rumah sepagi ini.
Dengan terburu-buru, Aksara menghampiri Kanaya yang menatapnya aneh, memeluk dan mengusap rambut gadis itu sekilas lalu berpamitan untuk pergi sebentar.
Setibanya di mobil, dirinya baru teringat jika ponselnya masih ada di dalam rumah, Aksara keluar dengan sedikit mengacak rambutnya.
Ia kembali masuk kedalam rumah, begitu masuk, Aksara melihat Kanaya yang sedang memegang ponsel miliknya dan hendak menempelkannya ke telinga.
Aksara mengambil alih ponsel itu.
"Lo ngapain?" Aksara mematikan sambungan telepon, lalu mengalihkan pandangannya pada Kanaya.
"Lo yang ngapain? Ini ponsel gue."
"Oh, itu tadi ada telpon. Gue angkat aja, gue kira lo udah jalan."
"Dia ngomong apa?" Kanaya terlihat mengkerutkan dahi nya mendengar pertanyaan Aksara yang terkesan panik.
Dalam hati, Aksara berdoa semoga apa yang ada di fikirannya tidak terjadi.
"Nggak tau, belum sempat ngomong" jawab gadis itu, lalu menyuapkan potongan lauk ke dalam mulutnya sendiri.
Aksara bernafas lega, lalu berjalan ke luar rumah seraya menghubungi kembali orang tersebut, setelah mengecup kening Kanaya singkat.
Cowok itu sebenarnya merasa senang, karena interaksinya dengan Kanaya sudah ada perkembangan. Kini keduanya sudah tidak ragu lagi ketika Aksara memeluk atau mengecup kening gadis itu, atau apapun interaksi yang masih di batas wajar.
Suara seseorang di telepon bertepatan saat dirinya mendudukkan diri di kursi pengemudi.
"Halo?"
"....."
"Iya."
"......"
"Gue kesana sekarang."
Aksara menancap gas dengan kecepatan sedang.
***
Kini Aksara tengah berada di depan cafe yang ia tuju. Aksara masuk ke dalam cafe itu dengan wajah datar dan dingin seperti biasanya.
Setelah menemukan seseorang yang ia cari, cowok itu menghampiri meja yang di tempati oleh orang tersebut.
Ia bisa melihat, manik mata itu terlihat sedikit memburam karena air mata, orang itu hendak memeluknya, namun tertahan kala Aksara menghindar.
Air mata yang tadi tergenang di pelupuk mata itu, akhirnya jatuh membasahi pipi, Aksara sebenarnya sedikit tidak tega dan merasa bersalah. Tapi mau bagaimana lagi, ini memang harus ia lakukan, Aksara tidak punya pilihan lain. Kalaupun ada, ia tidak mau ambil resiko dengan apa yang akan terjadi kedepannya jika ia salah mengambil keputusan.
"Aku senang kamu datang" ujar orang itu seraya menghapus sisa air mata di pipi nya.
"To the point."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...