"nggak jadi mati?" Tanya Aruna, dia menghampiri Kanaya saat melihat gadis itu berjalan sendirian di koridor kelas.
"Gue masih waras" jawab Kanaya. Sepertinya gadis itu sudah kembali seperti biasanya.
"Terus kemaren apa? Lagi nggak waras?" Sindir Aruna.
Kanaya berdecak, lalu mempercepat laju langkahnya.
Aruna menghampiri teman-temannya yang sudah nangkring di depan kelas. Dengan riang dia menyapa mereka.
"Mau kasih sedikit pelajaran lagi?" Tawar Tere ketika melihat mangsa mereka lewat.
Leona.
"Sedikit gertakan nggak bikin kita di drop out kali, ya" kemudian mereka mulai menghampiri Leona, membawanya ke kelas paling ujung.
"Seneng, ya, kemarin-kemarin gue nggak ada" tanya Aruna sok baik.
Dia bisa merasakan jika tubuh Leona sedikit bergetar.
"Sayang banget, ya. Gue cuma dikasih libur tiga hari."
"Karena sekarang gue udah ada di sini, gue mau ajarin lo sesuatu" bisik Aruna, terdengar menyeramkan di kedua telinga Leona, gadis itu semakin bergetar ketakutan.
Dari kejauhan seseorang menatap mereka dengan tajam.
"Udah gue bilang berkali-kali, jangan ganggu orang yang lemah" kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Kanaya. Gadis itu menarik Leona agar mendekat ke arahnya.
"Lo lagi! Bosen nggak, sih, muncul di depan gue terus-terusan?" Tanya Aruna jutek.
Kanaya memutar bola matanya malas, sepertinya Aruna memang harus diberi sedikit pelajaran.
Kanaya mengeluarkan ponsel, lalu membuka sebuah video.
"Mau gue kasih ke BK atau... Aldy?" Tanya Kanaya, seolah memberikan sebuah penawaran.
Sial! Itu video saat Aruna mencengkram pipi Leona tadi. Jika begini, bisa-bisa Aruna di keluarkan dari sekolah.
"Fine! Kali ini gue nggak akan ganggu dia" Aruna melengos melewati keduanya, diikuti oleh Tere.
Kanaya memegang kedua bahu Leona, "kalo mereka ganggu lo, lo harus lawan. Nggak usah takut sama cabe kriting kayak gitu" jelas Kanaya.
Dia tertawa dalam hati, menertawakan diri sendiri. Dia bisa menasehati orang lain, tapi dirinya sendiri tidak sekuat itu untuk melawan orang tuanya.
"Yaudah, gue mau ke kelas. Lo balik ke kelas juga, gih" Leona mengangguk lalu mulai berjalan meninggalkan Kanaya menuju kelasnya sendiri.
***
"Kenapa lo, Nay?" Tanya Aldy melihat wajah Kanaya yang tampak murung. Biasanya gadis itu terlihat ceria.
Kanaya tak menjawab malah melengos ke perpustakaan saat tatapannya bertemu dengan mata elang milik Aksara.
"Kenapa itu cewek?" Tanya Aldy bingung sendiri.
Aksara diam, dia menemukan luka lagi di sudut bibir gadis itu, cara berjalannya juga terlihat sedikit tertatih-tatih.
Berbeda dengan batinnya yang juga merasa penasaran, Aksara hanya memberikan respon gedikkan bahu.
"Gila itu orang" celetuk Aruna, yang entah bagaimana tiba-tiba bersisihan dengan mereka berdua.
"Lo kali yang gila" balas Aldy bercanda.
"Gue serius. Dia hampir mati kemarin, untung ada gue."
"Bangun mbaknya, ini udah mau maghrib" lagi-lagi Aldy membuat lelucon yang garing.
"Gapercaya banget sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Roman pour Adolescents"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...