Aksara terbangun dari tidur lelapnya, ia melirik ke arah jam yang tertempel di dinding sebelah kiri ranjang dimana tempat Kanaya berbaring.
Matanya sedikit menyipit karena pencahayaan kamar yang minim, tak sengaja matanya Kanaya tidur dengan posisi memunggunginya, menghadap ke box bayi dengan bahu yang naik turun bergetar.
Dengan kesadaran yang mendadak penuh, Aksara mengusap surai hitam yang tergerai itu seraya membalikkan tubuh Kanaya agar menghadap ke arahnya.
"Sayang? Kenapa nangis?" Tanya Aksara lembut namun penuh kekhawatiran.
"..."
Kanaya tak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Suara isakan terdengar lebih jelas dari sebelumnya.
Aksara menarik Kanaya agar masuk kedalam dekapannya, ia mengelus punggung dan kepala perempuan itu dengan halus.
"Hei, kenapa, Hm? Nightmare?" Bisiknya pelan, tepat di atas kepala Kanaya.
Jam masih menunjukkan pukul tiga pagi.
Aksara dapat merasakan Kanaya menggeleng dalam dekapannya.
"Shhh. Tenang, sayang. I'm here" bisik Aksara berusaha memberikan ketenangan.
Dirasa sudah sedikit tenang, Kanaya sedikit menjauhkan kepalanya dari dada Aksara dan mendongak, menatap mata penuh kekhawatiran milik suaminya.
"Mimpi buruk? atau ada yang sakit?" tanya Aksara pelan.
Cowok itu mengusap air mata yang mengalir di kedua pipi Kanaya.
Kanaya menggeleng dengan air mata yang kembali menetes.
"Aku lagi capek aja. Lio dari pagi rewel terus, aku khawatir" ujarnya lirih.
Aksara mengerti, Kanaya pasti khawatir karena ini pertama kalinya Lio sakit. Bayi yang baru menginjak usia enam bulan itu sempat demam tadi sore.
Jihan tidak bisa membantu mereka karena wanita itu juga memiliki new born. Kedua orang tua Aksara sedang berbahagia menyambut anggota keluarga baru mereka yang tak lain adalah anak ke - 2 Jihan, yaitu adiknya Aksara.
Selama beberapa bulan belakangan ini, Kanaya dan Aksara dibantu oleh Fira-- istri Gito alias mama tiri nya Kanaya.
Wanita yang masih terlihat awet muda itu terlihat sangat exited sejak awal kelahiran Lio. Bahkan sampai ingin tingga di sini selama beberapa bulan untuk menemani Lio setiap hari.
Tapi Aksara, Kanaya, termasuk Gito, menolak keinginan itu karena Fira juga memiliki satu orang anak yang masih duduk di bangku SD.
Kanaya pikir, kasihan juga jika papa dan adiknya tidak terurus nanti.
Jadi sebagai gantinya, wanita itu datang setiap sore untuk mengajak Lio bermain.
Kanaya sangat amat bersyukur karena memiliki ibu sambung yang sangat baik dan perhatian. Fira menjadi sosok ibu yang Kanaya idamkan sejak dulu. Dua bulan setelah melahirkan Lio, Kanaya datang ke tempat Indy mendekam di jeruji besi tanpa membawa serta bayi itu karena Gito melarangnya.
Usai kembali dari sana, Kanaya menangis seharian bahkan hampir satu minggu setelahnya pun masih murung karena merindukan Indy yang mulai bersikap lembut saat itu. Indy meminta maaf dengan tangisan yang membuat Kanaya merasakan hatinya sakit.
Saat itu, Fira tidak pernah absen untuk menghibur Kanaya walau hanya sekedar menanyakan kabar atau menanyakan bagaimana perasaannya, sudah lebih baik dari kemarin atau tidak.
Seiring berjalannya waktu, Kanaya merasa kebahagiaan yang sudah lama tidak ia rasakan mulai memeluknya kembali.
"Iya, aku ngerti. Lio udah turun demamnya, kok. Kamu tenang, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...