"Gimana, Sa?"
Aksara mengangguk, "Bu Riska lagi nunggu Kevanya buat dateng ke ruang BK."
"Terus Kanaya gimana?"
"Aya udah mendingan. Dia istirahat di rumahnya."
"Kita mau jengukin Kanaya pulang sekolah. Sekalian mau tanya kronologis kejadiannya" mendengar ucapan Liam, Aksara mendadak panik.
"Jangan! kalo mau jenguk Aya jangan sekarang. Dia lagi istirahat, jangan dulu di ganggu. Gue nggak mau Aya sakit lagi. Lo bisa tanya nanti, kalo Aya udah sembuh."
Liam mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan nada bicara temannya ini.
"Gue takut dia kepikiran lagi" ujar Aksara seolah memperjelas.
Dari jarak sepuluh meter, mereka bisa melihat Haikal tengah berjalan dengan seorang gadis di sampingnya. Gadis itu tampak kebingungan.
"Nih. Cewek yang namanya Kevanya. Kelas XII IPS 4, orang yang bully cewek lo sampe luka-luka."
Kevanya membulatkan matanya, jadi mereka tahu? Bagaimana bisa? Padahal kemarin keadaan toilet sangat sepi.
"G-gue nggak bully Kanaya" ujarnya tergagap.
"Loh? Darimana lo tau kalo ceweknya Aksara itu Kanaya? Belum ada yang tau loh, selain temen-temen gue dan Una."
Cewek itu gelagapan, "g-gue..."
"Nanti lo jelasin di ruang BK" tegas Aksara dingin.
"Tapi gue nggak ngelakuin apapun, kenapa gue harus ke BK!"
"Ih banyak bacot banget lo, lampir. Udah ikut aja kenapa, sih, gue laper nih, mau makan" gerutu Haikal seperti perempuan.
Aksara dan Liam ikut masuk ke ruang BK untuk memberikan bukti foto kejadian itu pada bu Riska.
Kali ini Aksara akan memberikan hukuman yang setimpal untuk orang yang sudah berani membuat Kanaya jatuh sakit.
"Saya nggak ngelakuin itu, bu" ujar Kevanya masih saja mengelak.
"Lalu kenapa wajah kamu yang ada di foto ini?"
"Bu, tapi saya--"
Brak!
Suara gebrakan yang terdengar keras membuat merek yang da di sana terlonjak. Aksara memukul meja BK dengan sangat keras hingga meja tersebut hampir patah.
"Lo jawab dengan jujur lo apain Kanaya!" Bentaknya dengan kilatan marah di kedua matanya.
Aksara marah karena sedari tadi Kevanya terus mengelak dengan mengatakan tidak melakukan apapun terhadap Kanaya dan foto itu bohong.
"Tenang Aksara, jangan membuat keributan" ujar bu Riska menenangkan.
"Lo ngaku sekarang atau Aksara bakalan bikin lo nggak betah sekolah disini" ancam Liam berbisik pelan di telinga.
Tubuh gadis itu semakin bergetar, menatap Aksara dengan takut-takut. Baru kali ini Kevanya melihat Aksara begitu marah. Biasanya cowok itu tetap berwajah datar dengan pembawaan yang tenang.
"Jawab Kevanya, benar kamu melakukan ini kepada Kanaya?" Tanya Bu Riska lagi.
Kevanya yang menunduk langsung mengangkat kepalanya.
"I-iya, bu. Saya orang yang mem-bully Kanaya kemarin" ujar Kevanya pada akhirnya.
"Kenapa kamu melakukan itu? Kamu tahu, kan, itu sangat melanggar peraturan sekolah."
"S-saya tau, bu. Tapi untuk alasannya, saya rasa ibu nggak perlu tau. Saya siap, kok, terima hukuman, asal jangan drop out saya."
Bu Riska tampak menuliskan sesuatu di sebuah kertas, ia melipatnya dan memasukkan kertas itu ke dalam amplop besar dan memberikannya pada Kevanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Novela Juvenil"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...