"Woy! Pensil gue mana? Gue mau bikin kaligrafi nih!" Teriak Haikal menggema di seluruh penjuru kelas.
"Kal, gue saranin lo waras deh, sehari aja. Biar Adis tertarik sama lo" ujar Aruna mampu menyentil hati moengil Haikal.
"Apa-apaan lo! Itu cewek aja yang sok cantik pake segala bilang gue nggak level buat dia! Emang dia pikir gue suka sama dia apa?!" Oceh Haikal dengan emosi menggebu-gebu.
"Lah? Kan emang iya? Kemarin lo bil--" Haikal menyergah mulut Liam yang hampir membongkar kegengsiannya.
"Cih, bacot doang kenceng, lo. Gengsi di gedein, liat itu cewe bar-bar dianterin pulang sama cowok lain, galau 13 jam. MAMPUS!!"
Satu kelas tertawa mendengar ucapan sarkas Aldy. Kabar baik, Haikal saat ini sedang menjilat ludahnya sendiri, cowok itu kemarin datang ke rumah Liam dengan wajah dan perasaan campur aduk. Katanya, sih, sakit hati di tolak buat boncengin Adis.
Bukan itu kabar baiknya, melainkan Haikal bisa mengendikan perasaannya, cowok itu dengan cepat bisa melupakan Kanaya dan berpaling pada cewek tomboy, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sendiri.
Haikal bisa mengikis rasa sukanya pada Kanaya karena memang tak sedalam itu.
Aksara mengabaikan kegaduhan teman-temannya. Fokusnya saat ini hanya Kanaya yang sedang memainkan ponselnya di meja seberang. Sedetik setelahnya, wajah gadis itu mulai terlihat aneh.
Pelipisnya berkeringat dengan kaki yang bergetar, perempuan itu memegangi perutnya seraya memejamkan mata.
"Aya? Ada apa?" Tanya Aksara berbisik, tak ingin menimbulkan perhatian teman-temannya.
Dengan gerakan cepat, Aksara mengambil ponsel gadis itu, dan membaca deretan kalimat yang membatnya mengepalkan tangan dengan rahang mengeras.
Unknown
Jauhi Aksara, atau kamu kehilangan janin itu!
Pengirim pesan itu lagi? Siapa sebenarnya dia? Kenapa di tau jika Kanaya sedang mengandung?
"Kamu tau dia siapa?" Tanya Aksara dengan lembut, menenangkan ketakutan Kanaya, digenggamnya tangan yang terasa dingin itu.
"Aku nggak tau, tapi dia sering kirim pesan terror" selama ini Kanaya menganggap jika itu hanya orang iseng.
Tetapi semenjak sebuah kotak yang ada di rumahnya waktu itu, Kanaya jadi yakin jika ini bukanlah sebuah candaan. Perempuan itu mulai waspada, apalagi setelah melihat pesan ini. Orang itu bahkan tau kondisinya, padahal tak ada yang tau kecuali, ia, Aksara dan Aruna.
"Takut" cicit Kanaya bergetar.
"Dia tau aku hamil."
"Sttt. Jangan takut, ada aku. Kamu nggak boleh stres, sayang" ucap Aksara menenangkan, beberapa pasang mata mulai memperhatikan interaksinya dengan Kanaya.
Aksara menjauhkan tubuhnya, "ke UKS ya" ujarnya dengan nada biasa, agar tidak ada yang curiga dengan apa yang mereka bicarakan.
Kanaya mengangguk, mengerti dengan tatapan Aksara. Lalu cowok itu merangkulnya hingga sampai di UKS.
Seseorang di kelas tadi, tersenyum sinis melihat gerakan tangan Kanaya pada perutnya.
***
Jam pelajaran ke tiga, Kanaya keluar dari UKS seorang diri, tadi Aksara bilang ada sedikit urusan. Koridor kelas luamayan ramai lantaran sebagian guru sedang rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...