Sudah dua hari Kanaya tidak masuk sekolah tanpa keterangan membuat Aksara uring-uringan sendiri. Perempuan itu juga tidak membawa ponsel dan menonaktifkan sosial medianya sejak pergi dari rumah.
Hari ini Aksara berniat untuk pergi ke rumah Gito dan membawa Kanaya pulang, tak peduli dengan ancaman yang Kanaya ataupun Gito layangkan. Aksara tak bisa menahan lebih lama lagi rasa khawatirnya.
Ia meminta bantuan sang papa untuk mencari alamat rumah Gito dengan dalih ada urusan mendesak.
Dan ya, tak perlu di ragukan lagi, Aksara sudah mendapatkan alamat tujuannya, ia langsung melajukan kendaraannya tanpa mengganti seragamnya lebih dulu.
Begitu sampai di sana, seorang balita laki-laki menghampirinya dengan tawa, Aksara celingukan, mencari seseorang yang menjadi tujuannya. Dibelakang balita itu, Gito muncul dan menghampirinya.
"Ada apa?" Tanya pria itu langsung.
"Om, saya mohon izinin saya buat bawa Kanaya pulang sekarang. Maaf karena mengabaikan pesan om dan Kanaya, tapi kali ini saya benar-benar khawatir."
Gito tampang sedikit terbengong mendengar ucapan Aksara yang begitu cepat.
"Maksud kamu?"
"Om, saya tau ini salah saya yang tidak jujur sedari awal. Tapi tolong, kali ini aja, jangan halangi saya buat ketemu Kanaya. Dia pergi dari rumah dalam keadaan hamil, saya khawatir."
"Bicara apa kamu ini? Saya sama sekali nggak ngerti."
"Kanaya? Kenapa kamu cari Kanaya kesini? Bukannya seharusnya putri saya ada di rumahmu?"
Kali ini wajah Gito terlihat sangat jujur, tak ada kebohongan sama sekali dari raut wajahnya.
Selang beberapa detik Gito kembali mengajukan pertanyaan.
"Kanaya pergi dari rumah? Kalian bertengkar?"
"Dan-- apa katamu tadi? Kanaya hamil?"
Aksara mengangguk kaku.
"Kamu biarkan putri saya kabur dalam keadaan hamil? Satu lagi, saya tidak pernah mengirimi pesan padamu."
Bola mata Aksara melebar, apa maksudnya ini.
"Maksud om?" Aksara membuka ponselnya mencari nomor yang mengiriminya pesan tiga hari yang lalu.
"Ini nomor ponsel om, kan?"
Gito menerima ponsel Aksara dan mengeceknya, Aksara juga memberikan ponsel Kanaya dan. Memperlihatkan pesan yang dikirim pada perempuan itu dengan nomor yang sama.
"Bodoh! Ini bukan saya Aksara!"
"Kanaya menyimpan nomor ponsel saya, sedangkan ini nomor tidak di kenal!" Maki Gito dengan nada suara yang mulai tinggi.
Aksara langsung mengecek kontak Gito di ponsel Kanaya, dan ternyata memang benar di sana tertera nama kontak 'Papa Gito'
"Sekarang dimana Kanaya?"
"Saya juga nggak tau, om. Kemarin Kanaya taruh surat ini di kamar" Aksara memberikan kertas yang selalu ia bawa di dalam saku.
"Kanaya tidak pernah datang kesini" ujar Gito membuat bahu Aksara menurun.
Itu artinya, ada seseorang yang menipunya.
"Kalian sedang ada masalah apa? Kenapa Kanaya sampai kabur?!"
"Nanti Saya jelaskan, om. Sekarang, tolong bantu saya mencari Kanaya" ujar Aksara bergegas menaiki kuda besinya.
Dibelakangnya, Gito juga bersiap mengendarai mobil, untuk berjaga-jaga jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...