54. TESTPACK

24.2K 944 13
                                    

Dua tahun kemudian.

Dering ponsel milik si perempuan cantik yang masih memejamkan mata menggema di seluruh sudut kamar tapi tak mengganggu sang empunya yang masih menyelami alam mimpi.

Aksara yang sedang memandangi wajah cantik favoritnya itu mengambil ponsel Kanaya. Ia tak mau mengganggu tidur perempuan itu.

Apalagi Kanaya baru tidur pukul tiga dini hari. Kanaya tampak mulai kembali seperti sedia kala. Ia sudah bahagia dengan hari-harinya bersama  Aksara tanpa di bayang-bayangi oleh kejadian pelecehan yang ia alami waktu itu.

Tertera nama Gito di panggilan itu.

Hubungan anak dan ayah itu sudah mulai membaik seiring berjalannya waktu. Kanaya sudah menerima kenyataan jika ia memiliki ibu dan juga adik tiri. Tapi berbeda dengan Indy, sang mama.

Perempuan itu sampai saat ini tidak pernah menghubungi Kanaya lagi semenjak memintanya bertemu untuk membicarakan perihal Gito yang berakhir dengan kejadian buruk menimpa Kanaya.

Belum sempat Aksara mengangkat panggilan, dering ponsel itu berhenti disusul oleh satu pesan masuk dari Gito.

Usai membalas pesan tersebut, Aksara mengecup pipi Kanaya yang tampak lebih berisi membuat gadis itu terusik dari tidurnya.

Kanaya mengerutkan kening dengan mata terpejam seraya menguap dan menggeliat pelan.

"Eh? Aku bangunin kamu, ya?" Tanya Aksara lembut.

Tak menjawab pertanyaan Aksara, perempuan itu justru menaikkan selimut hingga lehernya.

"Kok dingin banget, sih" ujar Kanaya seraya mendongak me arah Aksara yang tengah duduk.

Cowok itu langsung meraih remot AC dan mematikannya.

"Tadi papa Gito nelpon tapi nggak ke angkat."

"Kapan?"

"Barusan. Nih, dia kirim pesan. Katanya kita nginep di sana sekitar empat atau lima hari."

"Ngapain? Kok lama banget?"

"Mau khitanan Rafi katanya minggu depan."

Kanaya terdiam sebentar.

"Yaudah. Empat hari lagi libur semester, kan? Nanti kita ke sana."

Fyi, Kanaya dan Aksara sudah menempuh pendidikan tinggi di universitas yang sam dengan jurusan yang berbeda. Sedangkan teman-temannya beda kampus dengan mereka kecuali Aruna.

Gadis itu masih sering bertemu dengan Kanaya dan Aksara karena mereka satu gedung.

"Iya. Gih, mandi dulu. Habis itu kita berangkat ke kampus. Kamu ada kelas jam delapan, kan?"

"Heem. Bangunin" pinta Kanaya merentangkan tangannya yang tertutup piyama lumayan tebal.

Aksara menarik tangan mungil itu hingga Kanaya berdiri di samping ranjang.

"Bukannya kamu ada kelas jam sepuluh?" Tanya Kanaya.

Cowok itu mengangguk.

"Kalo mau berangkat siang gapapa, kok. Aku naik taksi aja. Nanti kamu nunggu dua jam dong."

"Enggak, lah. Aku anterin. Nanti aku bisa ke kantin atau perpus dulu sambil nunggu jam sepuluh.

"Pipi kamu gembil banget. Aku greget pengen gigit" gemas Aksara seraya mencubitnya pelan.

Ia heran Kanaya jadi banyak makan sekarang. Sepertinya berat badan perempuan itu sudah naik beberapa kilogram.

Kanaya mengelus pipinya, "ih, sakit. Udah ah, aku mau mandi dulu, bye!"

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang