"Aku belum masak, tadi bangun kesiangan" cengir Kanaya melihat Aksara sudah siap dengan seragamnya hendak duduk di meja kursi meja makan.
Aksara terkekeh lalu mengacak rambut Kanaya, "Gak masalah. Kita makan di kantin aja hari ini, gimana?"
"Boleh. Udah lama juga nggak makan di kantin berdua" ujar Kanaya semangat.
Arloji yang dikenakan Aksara masih menunjukan pukul 06.19 itu artinya mereka masih memiliki waktu satu jam untuk berangkat kemudian makan. Dengan lembut Aksara merangkul Kanaya dan berhenti di depan kuda besi milik cowok itu.
Belum sempat menaiki motor, Aksara mengangkat panggilan masuk di ponselnya yang bergetar.
"Sebentar, Ya" ujarnya tersenyum lembut lalu sedikit menjauh dari Kanaya.
Hanya sebentar, tidak lebih dari satu menit, Aksara sudah selesai dengan panggilan itu dan kembali menghampiri Kanaya.
"Ya, kamu berangkat sama pak Arkan dulu, ya? Aku ada urusan sebentar."
Senyum lebar Kanaya lenyap begitu saja, lagi-lagi Aksara menyuruhnya untuk pergi sekolah dengan sopir. Tetapi Kanaya rasa saat ini bukanlah waktunya untuk egois, mungkin saja Aksara memang sedang ada urusan penting mengingat suaminya itu sangat sibuk belakangan ini.
Dengan senyum paksa, Kanaya mengangguk menyetujui. Perempuan itu berusaha untuk tidak menunjukkan wajah kecewa nya.
"Kita ketemu di kelas ya" ujarnya seraya mengusap lembut surai Kanaya lalu melajukan kuda besinya dengan cepat.
Pak Arkan mendekati Kanaya "mau berangkat sekarang, non?"
Lamunan Kanaya terpecahkan, kemudian menggeleng seraya tersenyum tipis pada paruh baya itu.
"Iya pak" jawabnya lalu masuk ke dalam kendaraan roda empat itu dengan wajah yang sedikit lesu.
***
Aksara baru saja sampai di parkiran motor sekolah, beberapa pasang mata tertuju padanya seolah melihat keajaiban dunia.
Kali ini bukan karena tampilannya yang menawan saja, melainkan seorang gadis bertubuh pendek yang ikut turun dari atas kuda besinya.Yang membuat orang-orang heran, untuk kedua kalinya Aksara menumpangi perempuan, tentu saja Kanaya yang pertama. Hampir satu sekolah tau jika perempuan aneh dan cowok idaman mereka itu berpacaran.
Kini, banyak yang bertanya-tanya siapa gadis yang saat ini tangannya berada di dalam genggaman tangan Aksara.
Dari kejauhan sepasang mata menatap kebersamaan mereka dengan tatapan marah.
Dengan langkah lebarnya, lelaki itu hendak menghampiri Aksara, sebelum di tahan oleh seseorang.
"Nggak perlu ribut. Lebih baik kita samperin Kanaya, jangan sampe dia liat ini secara langsung."
***
Sampai di dalam kelas, Kanaya langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja. Perutnya terasa bergejolak, perempuan itu belum sarapan karena tadi pagi Aksara mengajaknya untuk sarapan di kantin saja.
Tapi sepertinya cowok itu lupa, terbukti saat tadi berpapasan di koridor ruang osis, Aksara hanya bilang akan menyusul ke kelas. Aksara sama sekali tidak mengajaknya ke kantin ataupun hanya sekedar mengingatkan.
Hingga sekarang, cowok itu belum juga menampakkan batang hidungnya di kelas. Mood Kanaya sudah terlanjur berantakan, jadilah ia lebih memilih untuk merasakan lapar daripada harus pergi ke kantin sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Roman pour Adolescents"Jadi, kenapa akhirnya lo terima lamaran gue?" "ya, setelah gue pikir-pikir, omongan lo waktu itu emang bener, sih. Dari pada gue nikah sama om-om, kan?" "Lo sendiri kenapa, tiba-tiba dateng buat lamar gue?" Cowok itu diam, tak berniat menjawab. M...