Rai membuka matanya pelan, samar-samar dia melihat langit biru yang sangat indah. Angin disini sejuk, tapi tidak begitu dingin. Udaranya segar karena banyaknya rumput hijau tumbuh subur disini. Dan, ohh! Rumputnya sangat lembut, Rai harap tidak ada hewan-hewan kecil disekitar sini karena sekarang Rai sedang berbaring diatasnya.
Rai bangun dan melihat sekitar. Sangat indah dan membuat nyaman. Tapi, dimana ini?
Jika kau berpikir bahwa ini adalah sebuah taman yang indah dengan air terjun mini, taman bunga, atau pepohonan yang rimbun, kau salah. Tidak ada danau, sungai, atau air terjun disini. Karena Rai sekarang sedang berada di lapangan rumput yang bercampur ilalang tinggi, jauh disebelah sana baru kau bisa melihat pepohonan yang berdiri tegak dengan dedaunan yang rimbun, itupun hanya satu-dua saja. Kau tidak akan pernah bisa melihat perkampungan disini karena sepanjang mata memandang hanya hijau yang terlihat. Dan hal itu yang membuat Rai tidak tahu harus bagaimana dan kemana untuk pulang.
Rai memandang sekeliling dengan tatapan was-was. Dimana ini? Tempat apa ini? Kenapa dia bisa berada disini? Dan kemana dia bisa menemukan jalan pulang? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus bergemuruh dipikirannya dan harus dijawab dengan segera.
"Rai!" Teriak seseorang. Rai menatap ke arah suara itu datang, tapi tidak ada siapapun disini selain dirinya sendiri.
"Rai!" Rai menatap ke arah berlawanan tapi tetap tidak ada siapapun disini. Darimana suara itu berasal?
"Rai!"
Rai berbalik dengan kaget karena seseorang telah menepuk pundaknya secara tiba-tiba.
Rei. Reihan.
"Rei, dimana kita?" Tanya Rai dengan segera.
"Aku tidak tahu harus menjelaskan ini kepadamu, tapi kau bisa sebut ini tembok," jawab Reihan dengan gaya bicaranya yang lebih ceria daripada biasanya.
"Tidak ada tembok disini," elak Rai sambil melihat sekitar untuk melihat 'tembok' yang Rei maksud.
"Ya, ya, disini memang tidak ada tembok seperti itu. Atau kau bisa sebut ini sebagai perbatasan. Sudah jangan banyak bertanya!"
Rai langsung diam, jika Rei sudah marah ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia takut pada hantu meskipun Rei bukan hantu yang menyeramkan tapi tetap saja dia makhluk gaib, dan hantu termasuk makhluk gaib.
"Aku ingin mengatakan sesuatu dan ini sangat penting."
Rai masih terdiam, menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh Reihan.
"Aku tidak suka berbasa-basi, langsung saja aku akan bilang kalo ini adalah pertemuan terakhir kita," lanjut Rei yang kali ini membuat Rai membuka mulutnya.
"What? Kau mau pergi kemana?" Tanya Rai seperti tidak ingin kehilangan teman satu-satunya itu.
"Kau ingat aku ini apa? Manusia yang telah meninggal. Dan kau tahu itu artinya apa?" Rai diam. Ia tahu, tapi ia tidak ingin menjawabnya.
"Aku harus menghadap Tuhan. Harusnya sedari dulu, tapi urusanku belum selesai waktu itu. Dan sekarang urusanku telah selesai, aku harus segera pergi."
"Tapi sebelum kau pergi, kau berhutang penjelasan kepadaku. Kali ini kau harus melunasinya," ucap Rai tanpa disangka-sangka.
"Apa yang ingin kau tahu? Cerita hidupku? Bukankah kau sudah tahu segalanya?"
"Bukan itu. Tapi alasan kenapa kau atau Tuhan memilihku untuk membantumu menyelesaikan urusanmu?" Tanya Rai.
"Aku tidak tahu dan sampai sekarang tidak mengerti. Mungkin karena secara kebetulan kau membutuhkan jantung disaat aku mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati Putih [DONE]
Teen FictionRaiza, seorang mahasiswa penyakitan yang berusaha mendapatkan ketenangan tiba-tiba harus terlibat dalam pertikaian orang yang tidak dikenalinya. Bermula dari pertemuannya dengan hantu yang tiba-tiba bisa ia lihat setelah operasi jantung. Reihan, han...