Bagian 34

781 81 4
                                    

Vote..!
________

Rai ngerti kemana alur ini mengarah. Apakah si Kris itu membuat ulah lagi? Apakah ia telah membunuh orang lagi dan sekarang ditahan? Kalau begitu syukurlah!

"Kris dipenjara?" Tanya Rai langsung tanpa basa-basi.

"Bukan! Dengerin dulu makanya!" Suara Ran terdengar nyaring ditelinga Rai. Rai diam, berisyarat bahwa Ran harus melanjutkan kembali pembicaraannya.

"Kris, dia ngincer orang yang namanya Ara. Gue gak tau Ara yang mana, tapi setelah gue tanya Reska, dia bilang kalo Ara kuliah di kampus yang sama dengan kampus Lo," ucap Ran sambil matanya fokus ke jalanan.

Rai tiba-tiba mematung. Matanya membelalak tidak percaya begitupun dengan mulutnya yang menganga. Otaknya berfikir mengingat-ingat siapa saja orang di kampusnya yang bernama Ara. Dirinya memang bukan tipe orang yang sering bergaul dan tahu semua orang, tetapi ia tahu nama-nama angkatannya dari pembicaraan orang-orang. Rai, dia memang penguping yang handal.

Dari pemikirannya yang sedang rumit, ia menyimpulkan bahwa tidak ada lagi orang yang bernama Ara diangkatannya. Kakak tingkatnya? Tentu saja Rai tidak banyak tahu, karena ikut ospek atau acara MABA juga ia tidak ikutan. Mahasiswa spesial emang..

"Rai, hei." Ran melayang-layang kan tangannya di depan mata Rai. Tapi Rai tidak merespon. Tentu saja itu membuat Ran panik.

"Rai?" Suara Ran masih sama, rendah. Dia tidak ingin Rai kaget dan membuat jantungnya collapse.

Ran menghentikan mobil dan menepi. Ia menepuk paha Rai dengan tidak terlalu keras. "Rai, hei. Sadar."

Tanpa mengerjap Rei menoleh ke arah Ran. "Cepat ke kampus!" Perintahnya. Tanpa berfikir panjang, Ran langsung menggas mobilnya.
________

"Rai! Tenang Rai!" Teriak Ran yang sedang mematikan mesin mobil, sedangkan Rai sudah berlari ke kampus setelah mobilnya berhenti. Tentu saja Ran semakin kesal dengan tindakan Rai. Dia  bisa saja mencelakakan dirinya sendiri.

Ran langsung berlari menyusul Rai yang sudah melewati perpustakaan. Satu bangunan lagi, dia sudah tiba di kelasnya.

"Rai, tunggu!" Tangan Rai dicekal kuat oleh Ran.

"Gue mau ke kelas!" Rai berusaha menarik tangannya tapi tenaga Ran lebih kuat darinya.

"Tenangin diri Lo dulu! Lo mau sakit lagi?!" Kali ini suara Ran lebih terdengar seperti mengancam. Matanya tajam menatap wajah Rai yang ketara khawatir. Apa yang dikhawatirkan Rai?

"Tapi ini masalah Ara, gue---"

"Tapi kalo Lo sakit, percuma. Lo gak akan bisa jagain dia!" Kalimat Rai yang tidak sempat dikeluarkan itu, sama persis dengan apa yang dibicarakan oleh Ran.

Tunggu! Sejak kapan Rai khawatir dengan Ara? Sejak kapan ia harus menjaga Ara??

Rai mengalah. Ia melemaskan badannya. Nafasnya memburu dengan dada yang naik turun.

"Lo gak usah ngampus dulu. Kita pulang." Ran menarik tangan Rai, tapi Rai bertahan.

"Gak, gue mau ke UKS. Pelajaran kedua, gue masuk," titah Rai. Tanpa persetujuan dari Ran dia berjalan ke arah UKS dan Ran membuntutinya dari belakang.

Rai menekan finger print yang berada di depan kelasnya sebagai tanda masuk. Sengaja ia memiliki jalan ke arah kelasnya agar ia dapat melihat Ara sudah berada dikelas atau tidak tetapi nihil, kelasnya masih sepi.

Setelah tiba di UKS, Rai langsung di sambut oleh petugas UKS. Wanita berhijab itu mempersilahkan mereka masuk setelah mengambil absen kunjungan.
Setelahnya Rai langsung mengambil posisi diatas ranjang. Ia mengeluarkan beberapa butir obatnya. Ran mengerti, ia langsung membawanya air dan menyimpannya di atas nakas.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang