Bagian 26

742 88 4
                                    

Votee...!!
_____

"Dimakan dulu snacknya, Di," tawar Ara sambil asik mengunyah snacks pedas yang telah di tumpahkan kedalam wadah.

Sedangkan Rai dari tadi mukanya gak santai banget tuh liatin kebersamaan mereka. Bukan apa-apa, cuma heran aja. Mereka mau kerja kelompok apa mau makan kelompok?

"Ngetiknya udah sampe mana, Rai?" Tanya Aldi dengan mulut penuh makanan.

"Baru empat lembar. Emang kalian udah gambar berapa model?" Jawab Rai dengan nada menyindir.

"Rajin amat sih udah empat lembar aja, aku juga baru bikin satu model kok. Sama Aldi, jadi dua. Hehe,," Ara terkekeh malu bercampur merasa payah. Sedangkan Rai sudah benar-benar capek sendiri. Terlebih, capek hati dan pikiran. Dari tadi pikirannya hanya tertuju pada papanya.

"Sini, aku liat!" Ara langsung menyambar laptop milik Rai.

Dilihatnya dengan seksama tulisan Rai. Dahi Ara sudah mengerut tuh, pasti ada yang gak beres.

"Kamu ngetik sambil mikirin apa sih? Udah gak sama kayak buku, banyak typo lagi," ujar Ara dengan nada lembut namun sinis.

Rai mengerjap, ia lalu menyambar balik laptopnya. Digulirkannya roda pada mouse itu sambil membacanya dengan seksama.

Mampus! Ia bahkan tidak ingat ia mengetik apaan. Pikirannya sudah benar-benar kacau!

"Sorry, aku perbaiki ya. Lanjutin aja bikin modelnya. Jangan pada makan terus!"

Drrtt,, terdengar suara nada dering dari ponsel Rai yang bergetar. Di layarnya menunjukkan nama 'Mama'.

Buat apa mama nelpon?

"Iya, ma?"

"Kamu dimana, sayang??"

"Di rumah Mami Amber, ma," jawabnya dengan wajah menekuk. Masih cemburu dengan kedekatan antara mamanya juga Ran.

"Cepet pulang! Mama khawatir sama kamu," paksa Mama Nika tiba-tiba.

"Aku lagi bikin tugas bareng, ma. Kan ada Pak Muh." Rai malah tambah kesel. Suasana hatinya itu gak mudah berubah. Kalo bete ya, bakalan terus bete sampe berubah sendiri.

"Lima belas menit lagi kamu harus minum obat loh. Jangan sampai telat!" Dari suaranya bisa Rai dengar kalo mamanya itu emang lagi khawatir sama dia.

"Hmm,, iya ma. Ran udah diijinin pulang?" Kali ini nada bicara Rai lebih lembut. Gak mau jadi anak durhaka sama mamanya kalo bete terus.

"Iya, kata dokter Pito Ran udah sehat. Cuma bahu kirinya yang lagi pemulihan," terang Mama Nika.

"Syukur deh. Yaudah, Rai putus dulu ya sambungnya."

Tutt,,

Rai lalu meletakkan kembali ponselnya. Ia lanjut mengetik kalimat demi kalimat di laptopnya. Tidak menghiraukan tatapan mata Aldi dan Ara yang memandangnya aneh.

Karena tidak di hiraukan, Aldi dan Ara saling bertatapan. Aldi lalu mengedikkan bahunya seolah mengerti apa yang Ara utarakan. Lalu mereka melanjutkan mengerjakan pekerjaannya.

Lima belas menit waktu berlalu. Tidak sedikitpun Rai menyentuh Snack yang bertebaran di toples itu. Makanya Snack itu menjadi sia-sia karena masih banyak dan Rai tidak memakan jatah Snack yang tadi Ara dan Aldi beli. Sesekali ia hanya memakan buah yang sudah disiapkan untuknya oleh Mami Amber. Aldi dan Ara juga mengerti kenapa Rai sama sekali tidak memakan Snack itu.
_

Tadi..
Sebelum tiba dirumah, Ara dan Aldi mampir dulu ke minimarket. Makanya mereka lama banget datang ke rumah. Mereka membeli banyak banget Snack dan makanan untuk dimakan ketika kerja kelompok nanti. Papi Anthony juga sampe kewalahan bawa makanan mereka. Mau kerja kelompok apa mau mukbang?

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang