"Rai, gue bakalan tinggal lagi disini."
Bibir pucat itu bergetar pelan seperti akan mengatakan sesuatu tapi ia urungkan karena suaranya seakan berat dan tubuhnya masih lemas.
"Istirahat lagi ya, nanti gue bangunin makan malam," ucap Ran disebelah telinga Rai yang kembali terpejam dengan plester penurun panas didahinya ketika tangan dingin Ran mengusap rambutnya.
1 Jam sebelumnya
"Rai? Bibi?" Teriaknya menggema di seluruh sudut rumah mewah itu.
"Kok sepi," ucap lelaki dibelakang wanita yang berteriak tadi.
Ran yang sudah menahan amarahnya sedari tadi langsung keluar dari kamar Rai dan menghampiri kedua orang itu.
"Ran, kamu kembali lagi?" Tanya mama Nika.
"Nah gitu dong, Ran. Kasihan Rai gak ada temennya," tambah papa Andre.
"Ya, sampai dia tidak diperhatikan oleh kalian," jawab Ran.
Papa Andre mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"
Ran tidak menjawab dan mempertahankan wajahnya yang terlihat dingin. Tangan Ran terulur seperti mempersilahkan mereka untuk memasuki kamar Rai. Langsung saja kedua orang itu memasuki kamar anaknya.
Mama Nika berlari mendekati anaknya yang tertidur, begitupun dengan papa Andre yang khawatir.
"Rai, nak," ucap mama Nika lalu duduk di ranjang Rai.
"Kamu kenapa, Rai?"
Papa Andre diam, dirinya menarik kursi belajar Rai untuk mendudukkan dirinya.
"Rai kenapa, Ran?" Tanya papa Andre sambil menoleh ke arah lelaki itu.
Ran tidak enak jika harus berterus terang begitu saja. Ia ingin sekali memarahi kedua orangtua itu tetapi siapa dia? Akhirnya Ran memutuskan untuk keluar dari kamar Rai dan langsung diikuti oleh papa Andre.
"Aku menemukan Rai dijalan, tubuhnya basah kuyup karena kehujanan. Selebihnya Ran tidak tau," ucap Ran sebelum papa Andre bertanya.
Papa Andre diam. Dia bingung dan tidak tau apa yang harus ia lakukan.
"Kalian kemana aja? Rai butuh perhatian ekstra, bi Yuni juga banyak kerjaan dirumah jadi gak bisa merhatiin Rai tiap waktu."
Papa Andre memandang wajah Ran yang kusut. Kapan terakhir kali Ran mandi? Tanyanya dalam hati.
"Kami ke pengadilan."
Mata Ran terbelalak. Mereka? Kenapa?
"Ka--kalian jadi pisah?"
Papa Andre menyunggingkan senyumnya. "Justru mama Nika yang mencabut tuntutan cerai nya."
Ran menghembuskan nafasnya kasar. "Syukurlah."
"Kamu? Tinggal lagi disini ya?"
Mama Nika sudah ada di belakang papa Andre tanpa Ran ketahui sejak kapan. Ran lantas berpikir tentang nasibnya sekarang.
"Gue butuh kerja, percuma nyari bokap-nyokap kandung kalo gue gak punya satu bukti pun yang gue pegang." Ran masih ingat dengan jelas bahwa semua tetangganya memang tidak percaya bahwa Galang adalah ayah dari Ran. Mungkin selama ini mereka memang benar, dan Ran terlalu menutup dirinya. Tapi, apa gunanya Galang menyembunyikan semua ini darinya? Bahkan tidak satupun petunjuk Galang berikan pada Ran bahwa dia bukanlah orangtua kandungnya. Apa sebenarnya tujuan Galang menyembunyikan dirinya? Apa karena sebenarnya Ran adalah anak yang dibuang dan Galang tidak ingin membuat Ran sedih dengan semua ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati Putih [DONE]
Teen FictionRaiza, seorang mahasiswa penyakitan yang berusaha mendapatkan ketenangan tiba-tiba harus terlibat dalam pertikaian orang yang tidak dikenalinya. Bermula dari pertemuannya dengan hantu yang tiba-tiba bisa ia lihat setelah operasi jantung. Reihan, han...