Bagian 44

573 58 6
                                    

Papa Andre sudah sarapan setengah jam yang lalu. Hari ini ia cuti bekerja dan akan menemani Rai sepanjang hari. Dan selagi ada kesempatan, mbak Yuni pun ikut serta untuk menengok Rai.

Papa Andre menyalakan mesin mobil. Mbak Yuni telah duduk manis di belakang sambil membawa makanan untuk anak majikannya. Tak lama mobil pun melesat meninggalkan rumah megah itu.

Sedangkan disisi lain..

Tok! Tok! Tok!

"Abang, bangun!!" Teriak Ara didepan pintu kamar abangnya yang masih setia tertutup.

Tok! Tok! Tok!

"Abang! Bangun cepetan! Sarapannya keburu abis!" Jerit Ara kembali kali ini matanya menerobos lubang kunci pintu itu.

Sial! Ara gak bisa liat apa-apa! Kamarnya gelap, gak ada secercah cahaya pun yang masuk. Ara jadi sulit melihat, ia hanya bisa menangkap telapak kaki Abang nya yang lagi rebahan.

"Abangnya belum bangun juga, Ra?" Tanya mami yang baru sampai di depan kamar anaknya.

"Iya, padahal udah dari tadi aku ketuk pintunya," ucap Ara memandang ibunya.

"Mungkin dia kecapekan kali, Ra. Kita sarapan duluan aja yuk!" Ajak mami Amber sambil menggandeng tangan Ara, tapi Ara malah terdiam memandangi kamar abangnya yang belum juga terbuka.

"Tapi Abang gapapa kan?" Tanya Ara. Ada gurat khawatir diwajahnya yang polos. Tidak biasanya bang Ax melewatkan sarapan pagi bersama.

"Tenang aja," ujar mami menenangkan lalu disusul dengan anggukan Ara.

Bang Ax mendengar ketukan adiknya itu. Ia ingin bangun tapi kepalanya dari semalam pusing. Mungkin akibat pencarian dengan papinya dan dirinya susah tidur. Dirinya tau bahwa Ara pasti melihat lubang kunci untuk menerobos masuk, tapi ia tidak ingin membuat keluarganya khawatir jadi ia lebih baik pura-pura masih tidur.

Tiba-tiba saja ia menjadi takut. Bagaimana jika dia mengalami anemia? Golongan darahnya begitu langka dan tidak sembarang obat bisa menyembuhkannya. Terakhir kali ia anemia ia sampai dirawat berhari-hari diluar negeri. Kelainannya begitu mengerikkan, makanya ia butuh orang itu. Orang yang sedang ia cari. Hanya dia satu-satunya orang yang memiliki golongan darah yang sama dengannya.

"Akh!" Ringis bang Ax setelah berusaha untuk duduk sambil memegangi kepalanya yang pusing. Tapi beruntung, pagi ini pusingnya tidak terlalu mengganggu daripada sebelumnya.

Ia lalu menyandarkan punggung dan kepalanya ke dinding kamarnya. Tubuhnya lemas, tapi dia harus sarapan. Perutnya pun sudah bergetar sedari tadi.

Setelah dirasa lebih baik, bang Ax lalu berdiri dan berjalan ke arah toilet untuk mencuci mukanya. Wajah mulus itu sudah basah oleh air. Bang Ax memandangi pantulan dirinya di cermin lalu berpose seakan-akan dia adalah model majalah pria.

Pertama ia bergaya seperti bad boy, lalu berganti menjadi lelaki misterius, yang terakhir dia menggigit bibirnya manja seperti lelaki buaya.

"Ternyata gue mirip Lee min ho," ucapnya percaya diri lalu menyampingkan poninya dan pergi keluar kamarnya dengan santai. Turun dari tangga dan berbelok ke meja makan.

"Akhirnya bangun juga," seru mami Amber yang sedang menaruh roti diatas piring Ara yang tengah kelaparan.

Bang Ax tidak menjawab, ia hanya tersenyum simpul lalu duduk di kursinya yang berada disebrang kursi papinya.

Terlihat papi memejamkan matanya tetapi bang Ax tau ia tidak tidur. Rupanya setelah pencarian itu mereka kompakan susah tidur dan malah mengantuk sekarang.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang