Bagian 36

926 89 10
                                    

Vote...
____________

Rai memperhatikan papanya yang sedang fokus menyetir. Ia membandingkan tinggi tubuhnya dengan tinggi tubuh papanya. Masih butuh waktu lama untuk setara dengan papanya. Rai menyadari tubuhnya kurus dan lebih pendek dari papanya. Bagaimana cara agar ia bisa menjadi seperti Papanya?

Rai berfikir keras. Makan saja ia jarang, bagaimana ia mau besar? Ia hanya makan saat pagi saja, selebihnya ia hanya diam di kampus. Bahkan bekal yang mama Nika beri tidak ia makan. Ia tidak nafsu makan karena waktu itu ia sibuk memikirkan cara bagaimana bisa segera bertemu dengan Ara. Menelponnya? Ayolah! Rai tidak ingin membuat anak itu kepedean. Lagipula berbicara lewat telepon itu kurang efektif.

"Pa," panggil Rai sambil menatap papanya.

"Iya?" Balas papanya tanpa menatap kepada anaknya.

"Lapar," keluh Rai.

"Kamu belum makan?" Tanya papa Andre sambil terus fokus menyetir.

Rai hanya menggeleng tetapi masih terlihat oleh sudut mata Papa Andre.

"Bekal kamu gak dimakan? Sebentar lagi kita sampai loh di rumah." Kali ini papa Andre menatap anaknya.

Rai menggeleng lagi. Ia tidak bisa berbohong. "Pengen makan cake."

Papa Andre mengiyakan permintaan anaknya. Rai mungkin sudah bosan dengan makanan rumah yang hambar. Kasian kan lidah anak itu tidak dikenalkan dengan bermacam-macam rasa?

Papa Andre punya teman yang memiliki usaha cafe. Di cafenya terdapat banyak jenis makanan less Sugar, low fat, low sugar dan free sugar. Bisa dipastikan bahwa makanan itu masih aman untuk Rai asal tidak dikonsumsi secara berlebihan.

"Kenapa kamu gak makan bekal dari mama? Kasian loh mama bikin makanan kalo gak dimakan sama kamu," ucap Papa Andre menasehati Rai.

"Gak enak." Alasan. Emang sih gak enak karena minim banget gula dan garam. Tapi bukan itu alasan sebenarnya.

"Gak enak? Bukannya setiap hari kamu suka makan masakan mama ya?"

"Rai bosan, pah. Pengen yang manis-manis. Rai pengen coklat boleh ya, pa?" Tawar Rai.

"Iya, tapi jangan banyak-banyak."

"Besok pagi Rai ingin sarapan nasi goreng telur ya pah." Tumben ini anak ngomongin makanan. Emang udah bosan banget ya sama sayuran. Rai bukan vegetarian. Meskipun dari kecil dipaksa untuk suka sayuran, Rai sama seperti tidak memasukkan sayuran kepada list makanan favoritnya.

"Besok pagi masih lama, Rai. Lagian papa gak bisa bikin nasi goreng telur khas mama," jawab papa Andre.

"Tapi Rai kepingin, Pah," rengek Rai.

"Iya nanti papa usahakan," jawab Papa Andre.

"Tapi kamu mau ya dirawat?" Tambahnya.

Mata Rai membesar. Ia kira papanya sudah lupa.

"Gak mau, gak jadi aja deh nasi gorengnya. Kita pulang aja, Rai juga udah gak pengen makan cake," jawab Rai yang langsung berubah mood.

Papa Andre hanya diam. Baru saja mereka sudah memasuki gerbang Rai tiba-tiba ingin pulang. Baru satu hari saja Papa Andre merasa pusing dengan Rai. Rai bukan anak nakal, dia juga bukan anak yang suka nongkrong atau pembuat masalah. Papa Andre pusing dengan keinginan Rai sendiri. Papa Andre yang biasanya sering sibuk bekerja dan tidak sempat mengurus Rai awalnya tidak tahu jika anaknya itu ternyata mempunyai sifat seperti ini. Bagaimana dengan istrinya yang pasti sudah lelah mengurus Rai dari kecil. Mungkin setelah ini Papa Andre akan berdoa supaya anak satu-satunya itu menjadi nakal.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang