Bagian 8

1.1K 95 3
                                    

"Setiap manusia memiliki porsi masing-masing untuk menjalani hidupnya sesuai rencana Tuhan." - Aminor

-----

"Gue mohon, Ran. Jagain dia! Pokoknya dia gak boleh jatuh ke tangan orang yang salah! Gue tau, Kris pengen hancurin gue lewat Reska! Dan satu hal lagi, tolong Lo sadarin Mama! Gue gak mau dia juga hancur gara-gara lelaki itu!" Teriak orang sudah lemas tergeletak dengan darah di sekujur tubuhnya.

'Degg!!'

Ran terbangun secara paksa karena mimpi mengerikkan yang baru saja ia alami. Sebuah benda yang tadi berada di kening Ran jatuh. Sebuah handuk kecil basah sengaja ditempelkan Nika ketika ia tau Ran demam. Tapi Ran gak tau itu, ia menaruhnya di dalam baskom kecil berisi air dingin.

Ia bangkit menuju kamar mandi setelah sebelumnya ia mengeluarkan sikat gigi dan pastanya di dalam tasnya.

Disisi lain Rai sudah keluar dari kamar mandinya. Ia menyisir rambutnya dan bergaya di depan cermin dengan macho seolah-olah ia adalah model majalah pria.

"Rai, Lo ngerasa curiga nggak sama asisten Lo?" Tanya Rei tiba-tiba di atas lemari Rai dengan kaki yang menjuntai.

"Awalnya gue ragu, terus pas gue nguping obrolannya itu gue jadi curiga dan agak takut. Gue nggak ngerti mama bisa nitipin anaknya pada orang semacam itu," jawab Rai sambil membenarkan jasnya.

Rei turun dari lemari lalu tiduran di atas tempat tidur Rai.

"Eh, kok Lo tau asisten baru gue? Bukannya kemaren Lo gak sama gue ya?" Tanya Rai lalu ikutan duduk di tempat tidurnya.

"Lo salah besar! Gue udah berapa kali bilang kalo itu tuh, jantung gue. Gue gak bisa jauh-jauh dari jantung itu, meskipun gue udah mati. Ibaratkan kalo jantung itu adalah magnet dan gue besi, sekuat apapun gue menjauh gue gak bisa kecuali Tuhan emang udah bener-bener ambil gue," jelas Rei menatap Rai yang sedari tadi menatapnya serius.

"Jadi kemaren Lo kemana aja? Sombong banget ngilang kayak gitu!" Protes Rai.

"Gue ada kok, di dalam tubuh Lo!"

"Lo rasukin gue? Jahat Lo! Jangan bilang kalo kemaren Lo buat sesuatu yang gak baik lewat tubuh gue waktu gue gak sadar?" Rai mulai bingung dan panik.

"Hei, tenang lah! Gue nggak sekonyol hantu-hantu pada umumnya yang suka rasukin orang sembarangan! Buktinya Lo sadarkan kemaren?"

"Aneh banget deh! Kenapa gue masih sadar ya? Gak kayak orang-orang kerasukan gitu?"

"Gue juga nggak ngerti," jawab pasrah Rei. Rai kembali terduduk. Merenungkan apa yang barusan Rei katakan.

"Ran, udah baikan? Mending gak usah kerja dulu ya?" Seru Nika di luar. Tak lama terdengar suara langkah kaki yang menuruni tangga. Dengan sigap Rai menyambar tasnya dan keluar kamar.

Rai menatap ke atas. OMG!! Kok Ran ada disini sih? Semalem nginep disini? Atau mereka bakalan satu atap? Rai kaget gak karuan.

"Rai, udah siap? Besok-besok kamu jangan tidur malem banget, kasian tuh Ran nungguin kamu tidur buat bisa pulang!" Bukannya nyapa atau puji-puji anaknya, ia malah nyuruh-nyuruh sembarangan!

"Ma, Ran bakal tinggal disini?" Tanya Rai seolah tidak mendengar apa yang Nika katakan.

"Enggak kok, aku cuma nginep satu malem karena Rai tidurnya malem banget," jawab Ran.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang