Voteee...!!
____"Rei!!" Pekik Rai ketika wajah pucat Rei terpampang di depan wajah Rai.
"Ada apa Rai??" Tanya papa Andre khawatir ia bangun dari duduknya seketika. Tadi ia sedang duduk sambil matanya menyisir setiap baju disana tiba-tiba dikagetkan dengan suara Rai yang nyaring.
Rai gugup. "Emm,, tidak. Ini, hanya kaget saja sweaternya cocok banget sama aku. Hehe.." Rai langsung cabut ke dalam ruang pas dan menguncinya. Rai berbohong.
Papa Andre hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah Rai yang bisa dibilang aneh itu.
Didalam Rai berusaha berbicara sepelan mungkin. Rei telah berada dihadapannya.
"Rai, cepatlah pulang!" Pinta Rei sambil melihat Rai yang sedang membuka jas papanya.
Rai hanya diam. Wajahnya datar. Tentu saja ia kesal dengan sikap Rei yang tiba-tiba datang. Untung saja serangan itu tidak datang.
"Ayolah Rai, jangan marah! Gue minta maaf," Rei memohon. Tentu saja ia juga mengerti dengan perubahan sikap Rai.
"Jangan buat gue hampir mati, Rei!" Pekik Rai mengeluarkan kekesalannya.
Dengan cepat Rai membuka jaketnya dan memasukkan sweater nya. Di rasa tidak ada yang kurang dan pas untuk ukuran tubuhnya ia segera menatap Rei.
"Iya, gue minta maaf. Cuma iseng doang. Cepet pulang, ada yang mau Ran omongin," perintah Rei.
Ngomongin apa?
Rai mengernyit heran, tidak biasanya itu anak pengen ngomong sesuatu. Biasanya diem-diem bae.
"Juga ada yang mau gue omongin," lanjut Rei.
"Kenapa gak disini aja?" Tanya Rai serius
"Lo ngerti privasi orang gak?" Pekik Rei yang hanya bisa didengar dan dilihat oleh Rai saja.
Rai tersentak. Ternyata si hantu ini bisa marah juga!
Drrttt,,,
Ponsel Rai bergetar indah di saku jaketnya yang beresleting.
Ia langsung membawanya dan mendekatkannya ke telinga.
"Halo?"
"...."
"Benarkah?"
"....."
"Baiklah aku tidak akan mengerjakannya," pasrah Rai. Nada suaranya sangat flat, menandakan ia tidak terlalu tertarik dengan pembicaraan di ponselnya.
Rai memutuskan sambungannya dengan kesal lalu keluar ruang pas dengan muka masam. Meninggalkan bayangan Rei yang terdiam mulai kesal dengan Rai yang sedikit mengabaikannya.
Rai mendekati Papa nya yang kini telah membawa satu sweater jaket.
"Papa ngapain beli itu?" Tanya Rai. Dirumahnya hampir 70% bajunya adalah Hoodie, sweater dan jaket. Makanya hampir semua model pakaian hangat ia punya. Sementara sisanya adalah baju formal sekolahnya, kemeja, baju formal lain ataupun baju batik sarimbit keluarga besarnya.
"Sengaja, ini buat papa simpan di mobil papa. Pilih satu lagi buat cadangan di mobil kamu. Biar gak khawatir kalo ketinggalan lagi," terangnya. Papanya ini bener-bener posesif deh!
Enggan menolak, Rai pun menunjuk satu jaket yang menarik perhatiannya. Meskipun modelnya sama seperti yang ada di rumahnya ia tidak terlalu mementingkan hal itu.
Si pelayan yang dari tadi ada di sebelah papa Andre langsung membawa jaket yang Rai tunjuk.
Papa Andre juga mengasongkan sweater yang ia pegang. Seolah mengerti si pelayan bergegas ke arah kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati Putih [DONE]
Teen FictionRaiza, seorang mahasiswa penyakitan yang berusaha mendapatkan ketenangan tiba-tiba harus terlibat dalam pertikaian orang yang tidak dikenalinya. Bermula dari pertemuannya dengan hantu yang tiba-tiba bisa ia lihat setelah operasi jantung. Reihan, han...