Bagian 5

1.3K 105 21
                                    

"Rindu memang berat, tapi yang paling berat adalah kehilangan. Karena kehilangan mampu membuat rindu semakin berat dengan tanya yang tidak terjawabkan." - Aminor

-----

Arani berlari diikuti oleh Rai juga Pak Joha. Baru beberapa langkah berlari, Pak Joha berbalik kebelakang. Bukan kebiasaan Rai mencampuri urusan orang lain, tapi kali ini ia ingin tahu orang-orang di sekitar nya. Siapa itu Albi? Dan mengapa mereka terlalu mengkhawatirkannya jika ia adalah anak geng yang gak jelas?

"Mau apa kau? Sana balik! Kau masih sakit, sana ke kelas!" Suruhnya dengan tangan yang di kibaskan.

Rai tertegun. "Gak apa-apa pak. Saya sudah sehat kok," jawabnya.

"Pak, cepetan dong. Itu si Albi gimana?" Pinta Arani sambil terus menunjuk-nunjuk.

Pak Joha kembali berlari, kali ini ia yang memimpin. Rai masih terus mengikuti mereka karena penasaran. Hingga akhirnya tiba di belakang kampus.

"Kesini, pak. Sini. Tuhh udah pada rame!" Ucap Arani mengarahkan. Mereka lalu mendekati segerombolan orang yang sudah terlihat ramai dari tadi. Anehnya, para dosen tidak terlihat.

Ini adalah lapangan belakang kampus. Lapangan paling luas di kampus ini, di ujung benteng itu adalah mall baru disini. Megah tapi masih jarang pengunjung.

Pak Joha memotong dinding manusia itu. Dan seorang mahasiswa yang wajahnya tertutup oleh manusia-manusia tower ini mengejutkan Pak Joha walau Rai hanya bisa mendengar suara nya.

"Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!! Selamat ulang tahun Pak Joha!!!"

----

Rai duduk di kursi dekat parkiran menunggu utusan ibunya yang katanya akan menjemputnya. Semoga saja orang lain yang tidak ia kenal. Sungguh, Rai merasa dunia ini sempit seperti kelereng kecil yang mana jika kau berlari sejauh mana pun kau akan balik lagi ketempat awalmu dan bertemu dengan orang yang kau jumpai dimasa lalu. Dan, itu cukup untuk membuktikan bumi itu bulat.

Tak lama kemudian, tiba sebuah mobil CR-V berwarna putih yang asing dimata Rai datang tepat dihadapan Rai. Dan kaca supir pun terbuka dengan sendirinya. Tentu saja dibuka oleh supir yang so-so'an gaul pake kaca mata hitam itu.

"Dengan Rai? Raiza?" Tanyanya sambil menurunkan kacamata nya sedikit. Cihh!

Rai bangkit. "Lo siapa?" Tanyanya dengan tangan yang masih bersemayam didalam saku jaket kesayangannya sejak pulang tadi.

"Gue supir pribadi plus asisten pribadi Lo yang baru," ucapnya ramah sambil tersenyum tapi sayang, ia tidak bisa menarik perhatian Rai dan jika ia menjadi supir para orang kantoran maka seketika ia akan dipecat karena berbicara tidak sopan dan tidak turun dari mobil saat berbicara dengan majikannya.

"Well." Pasrah Rai. Suaranya mengambang dengan syarat supir barunya itu akan membukakan pintu untuknya.

Tapi supir barunya yang gak sopan itu malah tersenyum kecil sangat menambah chemistry ketidaksopananya.

Seolah tau apa yang dipikirkan oleh Rai, si supir berkata, "ayolah, Bro! Masa Lo gak bisa buka pintu mobil sih?" What? Perkataan apa itu? Sebagai orang yang baru Rai kenal, ia tidak menunjukkan sesuatu yang menarik. Malah di awal pertemuan ini membuat Rai semakin ragu dengan orang aneh ini.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang