Bagian 16

803 68 1
                                    

"Kematian itu pasti, dan kematian adalah urusan Tuhan. Tapi manusia harus selalu bersiap-siap untuk kematiannya yang bisa terjadi kapan saja," - Aminor
_____________

Perlahan, Ran membuka matanya yang sangat berat itu. Dengan mudah ia bangun dari tidurnya dan melihat sekitar, ada Rai yang tertidur di sofa. Ran sadar, ia berada di rumah sakit. Ia lalu turun dari ranjangnya dan betapa terkejutnya ia melihat pemandangan ini.

Ia melihat dirinya sendiri sedang tertidur dengan muka pucat pasi dan nasal canula menempel di lubang hidungnya. Jarum infus bertengger di punggung tangannya bersama selang yang mengalirkan darah menuju tubuhnya. Mungkin ia kekurangan banyak darah. Ia memakai baju biru muda khas rumah sakit. Ran lalu melihat ke arah EKG, Detak jantungnya masih ada. Lalu kenapa ia tidak bangun dengan tubuhnya? Apakah ia akan segera mati?

Samar-samar terlihat seorang berbaju putih mendekatinya. Ia kenal sosok itu, itu Reihan kakaknya.

"Kak Rei!"

Rei tersenyum melihatnya lalu berdiri tepat didepan Ran yang masih tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku kenapa kak? Kenapa aku gak bisa bangun dari tubuh ku? Apa aku akan mati dan hidup denganmu di alam lain?" Tanya Ran bingung atas semuanya.

"Sayangnya tidak, aku meminta malaikat agar aku bisa bertemu denganmu dan menyampaikan beberapa pesan," jawab Rei dengan senyumnya yang melebar.

"Apa yang ingin kau sampai, kak? Sebelumnya aku meminta maaf karena tidak bisa menyelamatkan Reska. Aku sangat menyesal," ucap Ran.

Tapi Rei malah tersenyum kembali seolah tidak ada apa-apa.

"Tidak apa, orang itu memang sulit untuk dilumpuhkan. Aku juga sampai meninggal dibuatnya. Berusahalah sekuat tenaga, tapi ingat akan dirimu. Aku tidak mau kau cepat menyusulku, hiduplah dengan tentram di dunia, aku tidak mau melihat lagi kau terbaring seperti itu," ujar Rei lembut.

Ran diam tidak menjawab. Ia tertunduk dengan tatapan kosong. Ternyata begini rasanya mati, hampa. Meski sebenarnya ia tidak benar-benar mati.

"Aku hanya ingin menyampaikan beberapa pesan. Pertama, ceritalah apapun pada orang itu," ucap Rei sambil menunjuk ke arah Rai yang sedang tertidur pulas.

"Rai?"

"Ya, Rai, Raiza. Dia akan membantumu untuk masalah ini. Aku tau, dia berhati mulia walau terkadang kekanak-kanakan."

"Kedua, jika kau bertemu dengan mama, sampaikanlah pesan ku. Bahwa aku telah bertemu papa dan ia bilang bahwa kau harus menyadarkan mama, supaya ia lebih menghargai dirinya sebagai seorang wanita. Mungkin itu saja," ucap Rei.

Ran melihat jelas kakaknya itu.

"Apakah aku bisa bertemu dengan papa?" Tanya Ran.

Lagi-lagi Rei tersenyum. "Tidak bisa, kita berbeda dunia. Kau harus bisa merelakan papa."

"Tapi kenapa kau bisa bertemu denganku?"

"Karena aku ingin memberimu pesan. Dan papa tidak ingin berkata apapun padamu, ia takut kau akan sedih," terang Rei lalu tersenyum kembali. Kali ini Rei banyak tersenyum, berbeda dengan Rei yang dulu.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang