"Rasa terimakasih tidak akan lenyap meski lidah tidak berkata," - Aminor
-----
Kehilangan. Kata itu terus terngiang di telinga Rai. Rai menebak-nebak bahwa Si supir ini kehilangan keluarganya terutama ibunya. Sad sih, tapi kenapa ini anak berani banget? Harusnya sama majikan itu sopan ya kan? Meski ia memberikan jaketnya tapi bukan berarti perkataannya yang sembrono itu lenyap dalam hati Rai.
"Lo, pernah kehilangan?" Tanya Rai hati-hati.
"Bukan pernah lagi tapi selalu," jawab nya enteng sambil tersenyum.
Dari rautnya Rai menyimpulkan bahwa ini anak emang terlalu terbiasa untuk kehilangan. Aneh, katanya yang paling berat itu kehilangan. Kenapa dia malah terasa ringan tidak keberatan? Dia makhluk apaan sih?
"Lo kok nggak ngerasa berat? Katanya yang paling berat itu kehilangan?" Tanya Rai karena ragu akan kesimpulan dari supir barunya.
"Perasaan itu lebih baik disimpan dalam hati gak baik Lo menunjukkan bahwa Lo lagi ngerasa berat. Lagi pula, gue gak yakin masih ada orang yang benar-benar peduli."
Penjelasan dari supir barunya membuat dahi Rai mengerut. Ia mengingat kejadian demi kejadian yang pernah menimpanya. Benar. Tidak ada orang yang peduli.
"Nama Lo siapa?"
"Raino. Panggil aja, Ran."
-----
Mobil berhenti tepat di depan garasi. Sebelum Rai turun, ia bertanya pada Ran, "oh ya, ini mobil siapa?"
"Tanya aja sama mama Lo!" Jawabnya ketus.
Rai turun dari mobil sendiri. Sedangkan Ran, si supir barunya masih berada didalam untuk memasukkan mobilnya kedalam garasi.
Baru saja ia akan mengetuk pintu, Nika keluar bersama sepupunya Niko. Nika membawa kue ulang tahun yang dirias semewah mungkin. Terdengar mereka berlomba-lomba mengucapkan selamat kepada Rai. Ran melihatnya dari dalam mobil dengan haru. Hari ini adalah hari ulang tahunnya juga tapi tak seorangpun yang memberikan selamat padanya. Lalu ia mengeluarkan sebuah foto dari saku celananya.
----
"Rai! Raiza!" Seru Nika diluar kamar Rai sambil mengetuk pintunya yang tertutup ia datang merangkul asisten baru anaknya itu.
"Masuk aja, ma. Gak dikunci kok!" Balas Rai yang sedang santai memainkan laptopnya.
Nika masuk, Rai melihatnya yang dengan riang merangkul Ran yang kini wajahnya terlihat jelas.
Tampan. Rai kira itu pantas untuk menggambarkan supir nya yang baru ini. Bertubuh tinggi dan berkulit putih layaknya artis korea. Wajahnya yang kecil pas sama gaya rambutnya. Ia tersenyum kecil. Rai ingin membalas senyum manisnya yang terpampang di wajahnya yang Baby face, tapi ia terlalu gengsi.
"Kenapa Mama bawa dia kesini?" Tanya Rai serius menatap lekat wajah Ran. Berharap mamanya memberikan jawaban, malah Ran yang menjawab.
"Saya asisten pribadi anda. Tentu saja saya harus selalu bersama anda dari anda bangun tidur sampai malam tidur kembali." Ran tersenyum ramah sambil mengangkat alis sebelah kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati Putih [DONE]
Fiksi RemajaRaiza, seorang mahasiswa penyakitan yang berusaha mendapatkan ketenangan tiba-tiba harus terlibat dalam pertikaian orang yang tidak dikenalinya. Bermula dari pertemuannya dengan hantu yang tiba-tiba bisa ia lihat setelah operasi jantung. Reihan, han...