Bagian 15

802 67 0
                                    

Rai, Nika dan Reska duduk berhadapan dengan serius.

"Ceritanya gimana, kok jadi gitu Reska? Nama Lo Reska, kan?" Tanya Rai pada orang yang berada dihadapannya ini.

"Iya, nama aku Reska. Ceritanya panjang. Tapi aku bakal ceritain intinya," jawab Reska.

"Ceritain aja semuanya. Tante penasaran yang terjadi sama Ran," ucap Nika lalu membenarkan posisi duduknya.

"Jadi gini ceritanya.....

Ran pergi, berlari dari rumah Rai menembus hujan.

"Motor! Astaga!!"  Rutuk Ran menyesali lupanya akan membawa motor satu-satunya itu.

Hingga ia tiba disisi jalan berharap ada taxi atau angkutan umum yang melintas. Tapi  telinga Ran mendengar sebuah suara.

"Kayak kenal suaranya, siapa ya?" Tanya Ran pada dirinya sendiri.

"Pergi! Kris! Ku mohon, jangan ganggu lagi hidupku! Aku capek, Kris! Rai kau bunuh, kenapa kau masih saja mengganggu ku?!" Isak tangis seorang wanita mengganggu pikirannya. Tidak salah lagi, itu pasti Reska!

Ran lalu melihat sekitar dan di halte terlihat jelas bagaimana lelaki terkutuk itu menyeret paksa Reska bersama kedua anak buahnya.

Tanpa ba-bi-bu, Ran langsung berlari menyelamatkan Reska dari cengkeraman maut itu.

"Apa Lo ganggu Reska lagi? Gak puas Lo udah bikin dia mati!?" Cerca Ran lalu memegang tangan Reska yang terlihat kesakitan ditarik oleh kris.

"Pahlawan kesiangan baru datang.." ledek Kris sambil tertawa dan bertepuk tangan. Kedua anak buahnya tersebut melirik sinis ke arah Ran yang berusaha melindungi Reska.

"Diem Lo! Jangan pernah ganggu Reska lagi! Dasar manusia tidak berhati gak punya perasaan!" Sentak Ran.

"Gak berhati? Kok lucu ya? Lo sekolah dimana sih? Hati itu buat nyaring darah, bukan buat perasaan, bego!" Kris melotot lengkap dengan seringainya yang licik.

"Ayo, Reska. Kita pergi!" Ajak Ran sambil memegang tangan Reska yang dingin.

Tapi tidak semudah itu bisa keluar dari jeratan Kris, salah satu anak buahnya dengan enteng menendang wajah Ran dengan sepatu pantofel nya yang keras cukup membuat Ran langsung tersungkur di tepi jalan.

"Bawa mereka!" Perintah Kris pada kedua anak buahnya.

Ran yang belum bangkit pun diseret paksa oleh anak buahnya yang berkepala plontos. Sedangkan Reska dengan orang yang berkalung rantai.

"Lepaskan!"  Elak Ran, tidak sudi jika harus disentuh oleh manusia berdarah kotor itu.

"Kalian bisa bawa mereka ga sih? Buat apa gue bayarin Lo, kasih Lo makan kalo bawa orang payah kayak gitu juga gak bisa!?" Sentak Kris kesal dengan pergerakan anak buahnya yang begitu lamban.

Saat fokus mereka teralihkan, Ran mengambil kesempatan sebaik-baiknya. Ia langsung menginjak kaki si kepala plontos itu dan meninjunya, membalas tendangan panasnya itu. Setelah si kepala plontos itu tersungkur, ia langsung menyerang si berkalung rantai. Tubuhnya yang agak kurus dari si plontos, membuat Ran mudah untuk merobohkan pertahanannya.

Ran membawa Reska berlari menjauhi ketiga orang itu, ia tau tempat persembunyian yang aman. Sebuah gudang jauh dari pemukiman dan jarang dilewati oleh kendaraan. Bahkan mungkin Kris juga tidak tahu tempat terpencil tersebut.

Ran membawa Reska berlari menyusuri semak belukar yang rimbun, sengaja Ran tidak melalui jalan agar Kris yang bermodalkan banting setir tidak bisa mengikutinya yang hanya bermodalkan kaki kudanya.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang