Vote...!
Jangan jadi silent reader please..
__________________Malam ini bulan muncul sempurna. Angin malam terasa sangat dingin dan menghembus perlahan menusuk pori-pori kulit perempuan yang sedang berdiri diatas balkon kamar. Dagunya bertumpu pada telapak tangannya yang dibuat berdiri. Malam sudah larut tapi matanya enggan untuk tertutup.
"Ra..."
Sebuah suara halus terdengar dibelakangnya. Kepalanya menoleh ke arah sumber suara.
"Mi," jawab nya singkat.
"Kamu belum tidur?"
Ara menggeleng pelan. Entahlah, moodnya tiba-tiba rusak. Ia seketika ingin pulang.
"Kenapa, hmm? Kepikiran Rai ya?"
Ara mendongak ke arah wajah wanita yang ia panggil mami itu. Kenapa ia tahu?
"Ara cuma pengen pulang kok, mi.." elaknya.
Mami tersenyum lebar. Ara terus saja menutupi perasaannya. Mami juga pernah muda, dia pasti tau perubahan pada anaknya akhir-akhir ini.
"Kamu pikir mami tidak tahu? Ketahuan banget tahu kamu sedang jatuh cinta. Sama siapa? Rai ya?"
Mata Ara membulat. "Ketahuan banget, mi?"
Mami Amber dengan cepat mengangguk. "Sama kayak Abang mu dulu," kekehnya.
Ara menepuk kedua pipinya. Apakah sekarang pipinya telah memerah? Sepertinya iya! Tapi jangan!!! Ara berteriak dalam hati agar tidak merasa malu dihadapan Maminya.
"Mami!!" Erang Ara merasa ada sesuatu yang berbeda dengan hatinya. Debaran itu selalu muncul seiring otaknya menggambarkan wajah Rai. Baru kali ini Ara merasa otak dan hatinya begitu beriringan. Apakah ini cinta? Ara tidak pernah merasakan ini sebelumnya bahkan selama hidupnya.
"Hahaha, benarkan kamu suka sama Rai? Atau cinta?" Kesel! Mami malah jadi kompor nih!!
"Ish mami! Apa sih yang harus disukai dari seorang Raiza?"
"Menurut kamu, Rai itu orang yang kayak gimana? Baik?"
Ara menempelkan telunjuknya pada dahinya yang seluas lapangan golf. "Rai baik, dia juga pintar sih. Tapi dia polos, dia juga kadang-kadang aneh. Dia lagi ngapain ya sekarang?"
"Huuu,, akhirnya gadis mami udah gede!!"
"Ihh,, mamii!!"
_____________"Ayah mana yang tega lihat anaknya seperti itu? Sampaikan saja salam Papa sama Rai. Bilang sama dia cepat bangun supaya Papa bisa cepat-cepat peluk dia," jawab Papa Andre ketika dirinya dipaksa Ran agar menjenguk Rai di ICU.
"Ada salam dari Papa, dia bilang cepetan bangun biar dia bisa peluk Lo lagi." Kata-kata itu meluncur dari mulut Ran. Lagi-lagi mata Ran menatap kosong ke arah ventilator yang menghalangi pandangan.
"Biar gue bisa cepet-cepet minta maaf sama Lo," lanjutnya lirih.
Kata dokter Jo keadaan Rai sudah stabil. Rai akan dipindahkan ke ruang rawat inap jika obat yang mengalir menembus dada kanannya itu sudah habis dan kini sedang di periksa oleh asisten Rill. Obat penguat jantung. Dan masalah ventilator itu, Ran sama papa Andre udah tau kalo dokter Jo sengaja memasangnya untuk jaga-jaga kalau Rai mengalami henti nafas kembali.
"Kamu tidak salah apa-apa, Ran. Percayalah, Rai memang selalu seperti ini jika collapse." Asisten Rill menutup kembali kemeja pasien Rai setelah memeriksa kondisi Rai, menyembunyikan luka jahitan yang membujur didadanya.
"Tapi--"
"Suttt, Rai sedang tidur." Asisten Rill memotong kata-kata Ran berdalih bahwa Rai sedang tertidur padahal Rai sedang pingsan. Asisten Rill mengerti perasaan Ran dan ia tidak ingin membuat Ran semakin menyalahkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati Putih [DONE]
Teen FictionRaiza, seorang mahasiswa penyakitan yang berusaha mendapatkan ketenangan tiba-tiba harus terlibat dalam pertikaian orang yang tidak dikenalinya. Bermula dari pertemuannya dengan hantu yang tiba-tiba bisa ia lihat setelah operasi jantung. Reihan, han...