Bagian 42

750 63 3
                                    

"Ck! Kemaren-kemaren nangis gak mau makan, lah sekarang malah terlalu doyan makan!" Protes Ara sambil menyuapi Rai sarapan bubur.

Tadi pagi ia sudah dikirim kan kesini untuk menunggu Rai karena Ran harus kuliah tambahan. Kampus Ran terkenal sebagai kampus yang hampir seluruh mahasiswa nya terdiri dari laki-laki. Ara tahu kampus itu karena sering melewatinya ketika berangkat atau pulang kuliah.

Papi Anthony dan papa Andre tentu saja pergi ke kantornya begitupun dengan bang Ax yang paling kerjaannya hanya main PS disana. Mami Amber harus mengurus butik nya.

Ara awalnya tidak mau karena malas tetapi ia malah kasihan pada Rai jika sendirian di rumah sakit. Ibunya juga katanya sedang mengikuti event impiannya di luar kota. Bagaimana jika ada orang jahat yang mau menculik Rai terus meminta uang tebusan 100 miliyar kepada papa Andre? Masih mending bisa ditebus! Bagaimana jika organ-organ tubuh Rai diambil dan dijual?

Oke! Pikiran Ara telah teracuni oleh perasaan Ara yang hari demi hari selalu menjadi-jadi dan gugup dihadapan Rai.

"Gak makan salah, banyak makan di protes juga. Terus harus gimana?" Tanya Rai sedikit kesal. Jika harus jujur, ia juga tidak ingin makan makanan hambar seperti ini! Tetapi jika hal itu diketahui oleh dokter Jo, habis lah sudah nasib Rai!

"Ya--harus nya makan yang seimbang aja, jangan kebanyakan!"

Rai berpikir sejenak. Ia hanya menghabiskan semangkuk sup dari mami Amber dan segelas susu. Dan sekarang, semangkuk bubur pun belum habis separuhnya. Tentu saja hal itu belum mampu mengembalikan energi dan ion yang hilang selama Rai tidak sadar.

"Ya sudah simpan saja bubur itu. Aku pengen minum jus itu aja," tandas Rai lalu mengambil segelas jus buah naga yang sudah disiapkan dengan tangan kiri.

Ara menghembuskan nafasnya sambil membantu Rai mengambil minumannya. Setelah itu Rai langsung meminumnya dengan bantuan sedotan.

"Rai! Aku mau tanya, boleh?" Tanya Ara ragu-ragu.

Rai mengangguk sebagai jawaban. Mami Amber jago bikin jus. Ini sangat enak! Setidaknya, rasanya bisa menetralisir pahit dilidah Rai.

"Beneran? Tapi jangan kaget."

"Tergantung apa pertanyaan nya. Ya sudahlah, tanya saja!" Rai menikmati minumannya kembali.

"Benarkah kalo kamu pernah divonis mati muda?"

Uhuk!

Rai tersedak jusnya yang sekarang memuncrat ke bajunya.

Uhuk! Uhuk!

Batuk Rai tidak reda karena kerongkongannya gatal tiba-tiba.

"Duh! Gue minta maaf!" Ara langsung mengambil alih gelas nya dan menyingkirkan selimut Rai agar tidak ikutan kotor.

Batuk Rai sudah reda. Tetapi bajunya habis kotor karena Rai muntah sedikit, pun dengan sekitar mulut Rai yang ikutan berwarna merah dari jus nya.

"Kaget banget ya? Maaf ya, aku gak bermaksud!" Dengan terampil membersihkan sekitar mulut Rai dengan tisu agar bersih.

Ya kaget banget lah! Rai belum pernah sekalipun mendengar pertanyaan seperti itu dari siapapun!

"Bajunya kotor semua lagi!" Keluh Ara lalu membuka kancing baju Rai lalu mengelap dadanya yang kotor dengan tisu yang baru.

Deg! Deg!

"Gawat! Jantungku berdetak lebih kencang! Apa gejala itu datang lagi? Apa yang dikatakan Ara itu benar? Aku akan mati muda?"

Rai mengamati wajah Ara yang sedekat ini. Kurang dari tujuh sentimeter jarak antara kulit Rai dan kulit Ara yang mulus. Rai canggung berada di situasi seperti ini! Apa yang harus Rai lakukan?

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang