Bagian 29

803 89 4
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya sayang...
_____

Rai fokus mengetik, matanya sibuk melihat rentetan kalimat di layar laptopnya. Setelah otaknya lelah karena tidak kunjung mendapatkan ide, akhirnya ia tutup laptop itu dan melihat sekitar.

Malam ini, dalam keadaan hujan ini, ia dan papanya terjebak macet di jalanan kota.

"Dari tadi, pah?" Tanya Rai karena ia memang tidak sadar dimana ia berada sebelumnya. Terlalu fokus dengan kerjaannya yang tidak pasti.

"Iya nih, bisa-bisa pulangnya telat kita. Mamamu suka ngomel kalo kayak gini." Kelihatannya, papa Andre emang bimbang banget deh. Takut dimarahin mama kali ya?

"Kaya dulu ya pa?" Rai nyengir.

Papa Andre tampak berpikir keras. Mengingat masa lalunya.

Benar! Dulu, sewaktu hubungan mereka masih baik-baik saja, Mama Nika tak jarang mengomeli papa karena pulang telat karena macet maupun jalan-jalan tanpa sepengetahuannya.

Papa Andre tersenyum mengenang hal itu. Wajah lucu saat ngambeknya mama Nika memberikan efek candu bagi papa Andre makanya terkadang ia sering sengaja pulang telat sambil membawa Rai jalan-jalan.

"Mau lagi?" Tawar Papa Andre sambil nyengir kuda.

"Mau, tapi nanti kalo kalian udah baikan," jawab Rai sambil tangannya diam-diam merambat ke arah tombol AC.

Menyadari tangan Rai hampir menyentuh tombol itu, papa Andre segera menepisnya lembut.

"Aahh,, Papa. Gerah," rengek Rai. Kayak cewek, iya. Mirip anak kecil, sudah pasti. Efek kebanyakan di manjain tuh!

"Jangan Rai! Kamu harus tetep sehat sampai jadi penerus perusahaan Papa, nak!"

"Tapi gerah, paa.. gak akan dingin banget kok, pah." Kalo udah manja-manjaan kayak gini tuh, si Rai suka minta yang aneh-aneh.

Sedikit tidak logis bukan dimalam hari dan hujan, tubuh Rai malah terasa gerah. Tapi itu hal yang biasa bagi Rai. Jantungnya yang berbeda dengan orang lain sering kali bekerja lebih cepat dan ekstra, jadi metabolisme tubuh Rai juga bekerja cepat. Itu yang buat tubuh Rai cepat lelah dan gerah. Tetapi jika Rai merasakan suhu yang dingin, secara otomatis detak jantung dan kinerja jantungnya juga akan semakin melambat. Itu yang ditakutkan orang tua Rai.

"Jangan Rai. Meskipun volumenya kecil, tetep gak boleh. Cuacanya dingin banget sekarang. Tuh, jendela mobil juga sampe berembun gitu," terang Papa Andre.

"Yaudah deh, tapi kita harus jalan-jalan dulu!" Paksa Rai. Lah! Bukannya tadi dia ngomong gak mau jalan-jalan dulu? Dasar anak plin-plan!

"Mulai deh, kata kamu nanti?" Papa Andre melihat anak satu-satunya itu.

"Ihh! Papaa! Di rumah Rai bosen. Pengen beli robot baru dong pa.."

Buset dah! Ini anak kuliahan apa anak TK dah??

Papa Andre tersenyum dengan tingkah anaknya yang super manja itu. Tidak bisa menolak, ia hanya mengiyakan saja dan itu membuat Rai semakin senang.

Papa Andre banting setir ke arah mall yang biasa tempat mereka membeli mainan dan apapun yang Rai inginkan.

Suasana hening sejenak. Papa Andre kini membuka suara.

"Apa setiap pak Muh anterin kamu suka nyalain AC?" Tanya papa Andre.

"Enggak pernah, pa! Dia galak kalo Rai suka maksa nyalain AC. Kayak papa," sindir Rai. "Apalagi, Ran," lanjutnya.

Papa Andre terlihat mengerjap. "Ran? Raino maksud kamu? Anak itu? Sejak kapan kalian kenal?" Suara Papa Andre terlihat ketus. Dia mulai kesal.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang