Bagian 11

937 88 10
                                    

"Tidak ada yang lebih penting daripada urusan pribadi, tapi kepentingan seluruh manusia harus sama-sama dihargai dengan alasan Kemanusiaan," - Aminor.
_____

Mobil sudah memasuki gerbang rumah Rai yang cukup mewah. Hujan belum juga reda, kebetulan musim hujan. Hujan bisa datang kapan saja dan selama mungkin. Anugerah bagi para petani yang padinya di airi dengan air hujan nan gratis.

"Lo mau pulang? Hujan!" Pekik Rai memandang Ran yang termenung menunggu Rai keluar duluan.

Rai mengurungkan niatnya untuk membuka sabuk pengaman sebelum Ran menjawab pertanyaan nya. Kali ini dia harus lebih tegas sama ni asisten. Kalo enggak dia bisa saja terus ngelunjak.

"Jangan banyak bacot! Sana keluar, mama Lo nungguin!" Perintah Ran. Majikannya siapa, yang merintah siapa?

Rai mencibir dengan muka sekecut cuka. Kata-kata Ran yang menurutnya liar itu tidak pantas untuk diladeni, apalagi Rai selalu teringat kata-kata Ran tentang bunuh-bunuhan itu. Serem!

'klik!'

Sabuk pengaman Rai telah dibuka, tapi matanya menyipit melihat jelas mobil yang ada didepannya itu. Ia mengurungkan niatnya untuk keluar mobil.

"Apa lagi?"

"Papa gue ada di rumah!" Jawab ketus Rai.

"Bagus lah! Sana temuin papa Lo yang jarang banget pulang itu!" Usir Ran dari mobil milik Rai.

"Apaan sih Lo main usir-usiran aja! Ni mobil punya gue keles!" Tegas Rai memelototi Ran yang sama sekali gak ada niat buat keluar dari ni mobil.

Hening beberapa saat, Rai asik menggambar rumah dan mobil di embun kaca yang menembus saking dinginnya. AC mobil nya sudah lama di matikan. Sedangkan Ran, ia memilih menggambar orang-orangan tidak jelas dari embun tersebut. Kadang-kadang ia mencoretnya lagi dan menggambar disisi lain kemudian di coret kembali. Keduanya tidak ada niat untuk membuka ponsel masing-masing dengan alasan pribadi. Mungkin Rai enggan membuka sosial medianya karena tidak ada satupun teman yang ia kenal, padahal followers di ig nya mencapai ribuan. Ia tidak merasa bangga punya teman banyak hanya dalam dunia maya, sebaliknya ia akan sangat bangga jika punya banyak teman di dunia nyata. Sedangkan untuk Ran, ia tidak tau apa yang ia rasakan. Hatinya sudah lama membeku seiring dengan tangannya yang dingin.

"Kapan sih papa bakalan balik?! Pergi aja, Ran! Kita jalan-jalan sebentar!" Suruh Rai pada Ran yang berkecamuk dalam pikirannya sendiri.

"Sorry! Mama Lo bayar gue bukan buat jalan-jalan!" Jawab singkat Ran yang membuat Rai semakin kalut dengan ini orang.

"Kalo gitu, gue bayar Lo buat jalan-jalan!" Tukas Rai seenaknya.

"Bos gue itu mama Lo! Bukan Lo! Lagian yang minta gue jadi asisten Lo itu mama Lo! Lo sama sekali gak berhak nyuruh-nyuruh gue!" Lugas Ran sambil menunjuk-nunjuk Rai yang baru tau alasan dibalik ngelunjak nya Ran.

Rai yang mematung dengan mulut menganga itu langsung mengerutkan keningnya dan memilih minggat dari mobil yang tiba-tiba terkutuk karena adanya Ran.

"Serah Lo!" Teriak Rai lalu membuka pintu dan memasuki rumah.

Ran melihat dengan seksama lalu membuntuti Rai untuk memasuki rumah.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang