Bagian 4

1.4K 110 21
                                    

"Jika kau sedih, jadilah orang yang menyebalkan tanpa merugikan orang lain. Jika kau sedang senang, bagikanlah kesenangan itu tanpa menjatuhkan orang lain." -Aminor

----

'Srek,,srkk, srrkk'

Bunyi alas sepatu sneakers putih Rai yang sengaja digesekkan pada muka aspal yang keras. Ia berjalan gontai menuju kelasnya dari parkiran yang luas namun masih tampak kosong itu.

Ia berjalan menyusuri koridor yang luasnya hanya 5 meter. Lagi-lagi sepi.

"Ini kampus, apa kuburan?" Tanyanya dalam hati padahal baginya sudah biasa bercengkrama dengan sepi dan sendu. Tapi kali ini, sangat berbeda. Rei tidak menampakkan dirinya dari pagi, padahal ia sendiri yang menyuruhnya untuk ngampus dan membuat Rai bela-belain mesti mencari seribu alasan dan elakan dari perkataan ibunya yang tidak pernah mau kalah.

Setelah melewati koridor, sampailah ia di taman kampusnya yang sangat luas. Disini mahasiswa agak mulai banyak. Mungkin karena ini masih sangat pagi, jadi mereka tidak terlihat. Di seberang sana adalah kelasnya Rai. Ia melewati taman yang tidak banyak berubah saat terakhir ia ngampus. Hanya saja, sekarang cat dari air mancur itu sudah mulai pudar entah dari kapan.

Ia sampai dikelasnya. Dan lagi-lagi sepi. Hanya terdengar suara ketawa mahasiswa fakultas teknik yang sangat memekakkan telinga. Namanya juga anak teknik, kebanyakan dari mereka emang suka ngumpul ngerumpi gitu di kantin belakang tepat dibelakang kelas Rai. Tak jarang mereka selalu nginap di kampus. Urusan tidur? Gampang! Pihak ekstrakurikuler musik atau seni sering mengijinkan mereka tinggal di basecampnya selagi tidak merusak alat musik. Ditambah ruangan musik yang lumayan lebih luas dari ruangan ekstrakurikuler lainnya membuat para mahasiswa yang menginap jadi lebih leluasa dan nyaman. Masalah mandi? Gak perlu dipikirin! Mau mandi atau enggak pun, dimata Rai mereka sama!

Terlihat di pojok ruangan ada seorang yang sedang santai dengan headphone dan pensil yang menari-nari di atas kertas putih yang polos itu. Perempuan berambut keriting dengan warna coklat itu tampak tidak peduli dengan suara gelak tawa siswa belakang yang mungkin bisa saja menerobos masuk ke sela-sela alunan musik yang ia dengarkan.

Rai memandangnya sebentar lalu duduk di kursi belakang yang masih kosong. Rai baru sadar, kebanyakan kursi telah diisi oleh tas tapi disini hanya ada dua orang. Ini pada kemana?

Rai bangkit, rasa anti patinya terhadap urusan orang kali ini hilang. Ia malah merasa sangat penasaran dengan apa yang terjadi di kampus. Ia bangkit dan memandang perempuan itu. Arani. Teman satu jurusan sekaligus teman satu SMA-nya dulu. Mereka tidak pernah berkomunikasi jika tidak ada yang penting. Lagi pula, Rai emang tidak punya urusan khusus dengan wanita aneh semacam itu.

Rai masih berdiri di samping kursinya. Tapi ia malah mengeluarkan suaranya, "Rin, yang lain pada kemana?" Tanyanya kayak orang buta yang gak tau kalo si Arani itu lagi nge musik.

Ia mendekati Arani. "Rin, gue nanya juga!" Kali ini Rai sambil sedikit menyenggol bahunya.

Rani menoleh dengan matanya yang seperti burung elang yang siap menusuk-nusuk mata Rai yang kecil.

Wanita itu membuka benda berwarna hitam yang menutupi telinga nya lalu menyampirkannya ke lehernya yang panjang.

Rani terus menatap Rai tanpa kata, tapi Rai seolah tau kalo Rani berkata, "apa?" Dalam hatinya.

"Gue nanya, yang lain pada kemana?" Jelas Rai.

"Nama gue, Arani. Bukan Rin!" Sentak gadis itu sambil berdiri seperti menantang Rai yang udah ciut seketika.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang