Bagian 46

573 48 0
                                    

RESKA DICULIK!

Begitu kiranya pesan yang sampai di telpon genggam Ran yang kini sedang mengemas barang-barangnya. Tidak sampai dua malam ia menginap di kost nya Alde, ia sudah harus pergi lagi mencari bajingan gila itu!

"Lo dapet pesan itu dari mana?" Tanya Alde sebelum Ran benar-benar pergi dari kamarnya. Selama dua hari ini, Ran sama sekali tidak merepotkan dirinya. Diluar ekspektasi nya yang berkata bahwa Ran adalah sebuah ancaman jika berada ditempatnya. Ia merasa bersalah.

"Dari temannya Reska, orang satu kost-an gue dulu," ucap Ran sambil menutup resleting tasnya.

"Lo diem aja dulu disini, kita coba pikirin dengan kepala dingin!" Seru Alde ketika Ran sudah berjalan menuju pintu.

"Satu-satunya yang gue pikirin sekarang cuma nyelametin Reska!"

"Lo lupa ya kalo lo punya temen, sahabat! Lo lupa kalo masalah ini bukan masalah lo doang? Abang lo itu senior kita juga, Ran!" Pekik Alde membuat Ran terdiam.

"Lo jangan macem-macem dulu, gue mau cari bantuan!" Tambah Alde lalu mengotak-atik ponselnya.

"Gue gak yakin teman-teman Abang gue bakalan dateng. Mereka kan tiba-tiba ngilang waktu Abang gue mati, bahkan hanya untuk melihat kuburannya aja mereka gak pernah," jawab Ran lalu jongkok menunggu Alde yang tidak menjawabnya.

Alde berlalu kearah dapur, disana dia terlihat bercakap-cakap dengan orang diseberang.

Ran menunduk, menyusupkan kepalanya. Dalam bayangannya yang hitam ia melihat wajah abangnya, ibunya, dan bapaknya.

Bagaimana kiranya papanya melihat kondisi Ran yang sekarang, sendirian, terjebak berbagai masalah, kuliah tidak benar karena sambil mencari pekerjaan.

Ibu apa kabar? Sekarang ia dimana? Apa ia sejak dulu memang tidak ingin mengurusnya? Lalu kenapa dulu ia selalu tersenyum jika menyuapinya?

Reihan, sekarang ia sudah bertemu Tuhan belum? Apa ia mampu menjawab semua pertanyaan Tuhan? Apa ia masuk ke surga? Apa ia sudah bertemu papa?

"Tuhan, tolong jangan sampai papa tahu keadaan ku sekarang," rintih Ran dalam hati.

Ran mengusap air matanya. Ia lalu berdiri lagi agar ia terlihat baik-baik saja.

Alde datang mendekati Ran dengan cepat lalu tangannya menyentuh bahu Ran. "Teman-teman Abang lo bakalan bantu," ucapnya yang langsung disambut syukur dalam hati Ran.

"Gue juga bakalan bantu! Kita pergi sekarang!" Tambah Alde lalu meraih jaket kulit yang menggantung sekenanya dan kunci motor yang berada disamping jaketnya.

Ran tidak membuang-buang waktu hanya untuk melihat Alde yang bersemangat, ia langsung membuka pintu yang berada sejauh kurang lebih satu meter dibelakangnya. Mereka lalu keluar dari kost-an dan berlalu dengan motor bebek milik Alde.

"Kita mau kemana, De?" Tanya Ran ditengah-tengah perjalanan ketika lampu merah menghentikan mereka.

"Basecamp temen-temen Abang lo," jawab Alde sambil melihat ke arah timer lampu merah.

"Sirkuit maksud lo?" Tanya Ran tapi tidak Alde jawab karena lampu telah berwarna kuning, dan sebelum lampu menjadi hijau ia telah melewati perempatan jalan raya itu.

Ran tidak bertanya lagi, Alde segitu semangat nya untuk membantunya. Mereka emang sudah berteman sejak kecil, dan sedikit kesempatan Ran bisa melihat Alde se-antusias ini.

Hingga sekitar lima belas menit berlalu mereka sudah sampai di tempat yang sudah tidak asing lagi bagi keduanya.

"Sehat, Ran?" Tanya salah seorang lelaki yang berjaket jeans sobek-sobek. Ran kenal dia, hanya sebatas tahu nama dan hubungannya dengan sang kakak.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang