Votee...!
Selamat membaca!!
_______Mama Nika teringat sesuatu dan langsung menyusul Rai.
"Rai!" Panggilnya.
Rai yang baru saja akan berangkat terhenti dan mendekati mamanya yang berjalan cepat.
"Ada apa, ma?" Tanyanya.
"Bekal kamu, sayang. Lupa ya?" Rai tersenyum menerima tempat makan beserta air minumnya itu. Ia langsung memasukkannya kedalam tas.
"Mama hampir lupa kasih tau kamu kalo mama mau ke luar kota, ada urusan. Agak lama sih, tapi ada papa. Gapapa ya sayang?" Tangan Mama Nika mengulur ke arah pipi tirus Rai dan mengusapnya dengan lembut.
Tangan Rai menyentuh tangan mamanya yang masih berada di pipinya.
"Berapa lama? Jangan lama-lama ya, nanti Rai kangen." Rai menggenggam tangan ibunya itu dengan erat, menurunnya dari pipinya dan membawanya ke depan dadanya.
"Mama gak tau pastinya. Tapi, gak akan lama banget kok. Bisa ya kamu jaga diri. Ada Ran, ada papa juga. Kalo ada apa-apa telpon mama aja, nanti mama pulang," jawab Mama Nika lalu meraih tangan Rai yang satunya.
"Gapapa, Rai pasti bakalan baik-baik kok. Urusan mama pasti penting banget ya, mama baik-baik disana." Rai mencium punggung tangan Mama Nika.
"Rai pergi dulu ya, ma." Rai lalu berjalan dan memasuki mobilnya.
Rai khawatir, tapi tidak begitu khawatir karena sudah biasa bagi Rai ditinggal oleh mamanya. Meskipun hal itu baru terjadi setelah ia SMA. Rai menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Tapi ia malah batuk karena nafasnya terlalu dalam.
"Uhuk,, khmm!" Rai mengelus dadanya pelan.
Ran yang akan menyalakan mobil terhenti. Ia menyodorkan air minum dalam botol yang tadi ia bawa di rumah.
"Gapapa? Kalo sakit, jangan ngampus aja," titahnya dengan khawatir.
Rai menerima botol itu dan meminum sedikit airnya. Lalu menutupnya kembali dengan rapat.
"Gapapa, cuma batuk doang," sergahnya. "Buruan nyalain! Nanti telat!"
Ran berdecak kesal lalu menyalakan mobil dan membuka kaca mobil untuk sekadar berpamitan kepada mama Nika.
"Jalan dulu ya, ma," ucapnya lalu memundurkan mobil dan melesat ke kampus setelah berpamitan kepada Pak Muh yang membuka gerbang juga.
____"Tadi mama bilang apa? Kayak serius gitu." Ran membuka pembicaraan diantara heningnya keadaan di dalam mobil ini.
"Kepo lo! Mau tau aja urusan orang!" Gini nih yang bikin Ran kesel sama ni orang. Suka tiba-tiba ngeselin tapi suka tiba-tiba baik juga. Emang kayak anak kecil banget ini anak, plin-plan!
"Hmm,, sorry. Yaudah kalo gak mau bilang. Gak usah nyolot gitu, gak bagus!" Kedengaran banget kalo suaranya Ran itu pengen ngajarin Rai.
Rai diam. Tangannya meraih headset bluetooth di dalam saku jaketnya dan langsung menempelkannya di telinganya. Dalam sekali tekan, ponselnya melantunkan sebuah lagu yang hanya bisa ia dengar seorang diri. Matanya terpejam, tiba-tiba hawa ngantuk hinggap di dirinya. Ia sadar, semalam ia tidur tidak cukup. Ia berharap semoga ia baik-baik saja atas kejadian malam tadi.
"Rai," seru Ran ketika mobil yang mereka naiki terjebak macet di pagi ini.
"Rai." Ran menoleh dan menepuk pundak Rai dengan tidak terlalu keras.
Mata Rai terbuka dan mengerjap sekali.
"Apa sih? Ganggu terus!" Rai itu sejenis orang yang kesel kalo diganggu pas tidur.
"Buka dulu headset nya!" Suara Ran masih terdengar meski kecil. Rai lantas membuka headset nya.
"Gue mau ngomong sama Lo. Sebenarnya curhat sih, tapi gue tiba-tiba kepikiran," jelas Ran sambil membelokkan setir.
"Ngomong apa cepetan! Jangan banyak basa basi!" Rai benar-benar sedang kesal hari ini. Padahal sarapannya kayak biasa kok, sensian banget hari ini.
"Kemaren gue tanya ke mama Lo kenapa Lo pulangnya lama amat. Terus mama Lo bilang Lo lagi kerja kelompok di rumah Ara-ara gitu ya?"
Rai cuma menanggapinya dengan malas. Wajahnya menandakan ia sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan yang di bicarakan oleh Ran.
"Dengerin gue heh! Terus gue tiba-tiba dapet info dari temen gue kalo sekarang Kris gak cuman ngincer Reska. Lo inget Reska? Mantan pacarnya kakak gue." Terang Ran.
Rai mengingat-ingat nama itu. Bayangannya kembali pada kejadian Ran menjelaskan semua peristiwa hidupnya pada Rai.
Ran terduduk di ranjangnya mengambil ancang-ancang untuk menceritakan semuanya pada Rai.
"Gue dulu punya keluarga, tapi keluar gue gak harmonis. Emang orangtua gue gak pernah berantem, tapi gue yakin ada yang gak beres. Dan benar, mama gue ternyata kerja jadi cewek penghibur. Bapak itu buronan, ia kerap kali keluar masuk penjara karena kerjaan nya yang suka ngerampok atau jadi preman pasar. Dari kecil gue sama kakak gue suka ngamen dijalanan, kadang kita ojek payung. Tapi semenjak gue kelas tiga SD dan kakak gue mau SMP, mama gak bolehin kita ngamen lagi. Bapak juga gak bolehin kita kerja. Orangtua gue emang gak bener di mata orang-orang, tapi mereka sebenarnya baik. Gue gak pernah kena pukul atau marah sama orangtua gue," Ran menjeda bicaranya. Ia mengambil gelas dan meminumnya hingga tandas.
"Lo pasti udah tau ini kan?" Rai memegang luka di dahinya.
"Waktu gue SMP, gue pernah kena bully sama temen-temen gue. Mereka ngebully gue karena mereka tau kalo bapak gue itu orang gak bener dan waktu itu bapak lagi masuk penjara. Gue yang gak pernah di ajarin kasar sama orangtua gue gak pernah berani ngelawan. Bapak gue emang jago berantem, tapi dia sama sekali gak ngajarin gue maupun kakak gue kekerasan. Katanya, gue dan kakak gue jangan jadi kayak mereka. Mereka sekolahin gue dan kakak gue biar kita jadi manusia. Tapi kakak gue mati ditangan Kris. Itu semua karena dia yang diam-diam hobi sama motor. Gue sayang sama kakak gue, tapi dia itu bego! Udah tau keadaan keluarga gak bener malah diperkeruh dengan perbuatannya. Masalahnya berawal dari taruhan balap liar. Waktu itu kakak gue ambil Reska, pacarnya buat jadi taruhan. Dia optimis bakalan menang soalnya dia gak pernah kalah. Ternyata motor kakak gue disabutase sama Kris. Kakak gue malah sampe jatuh karena perbuatan Kris. Kakak gue kalah, dia ingin ganti taruhannya secara sepihak. Kris juga nge-oke in. Kakak gue harus bayarin motornya Kris yang belum lunas ia beli. Kakak gue setuju. Tapi siapa yang tahu kalo Kris itu licik! Dia sebenernya pengen rebut Reska, dia cinta sama Reska dari dulu. Abangnya Reska juga gak setuju kalo Reska sama kakak gue. Mereka bikin rencana buat kasih pelajaran sama kakak gue. Niatnya gak akan saling bunuh, tapi se-Jakarta pun tau kalo Kris itu licik dan picik. Diam-diam dia bawa pisau dan bunuh kakak gue. Saking liciknya ia fitnah kakaknya Reska jadi tersangka pembunuhan. Kakaknya Reska dipenjara, kakak gue mati, tapi Kris belum dapetin Reska karena ada gue yang jagain dia. Gue terpaksa ikut campur dalam urusan ini karena kakak gue bilang kalo gue itu harus jagain itu cewek. Jangan sampe dia jatuh ke tangan Kris. Gue gak tau alasannya tapi kakak gue bilang, Reska yang bakalan jelasin semuanya." Ran mengakhiri pembicaraan nya.
_______Halo sayang-sayangku ❣️❣️
Kalian ngerti gak adanya scane flashback ini? Adegan ini sebenarnya mau aku tulis di bagian 17, tapi biar jadi misteri aku tulis disini. Wkwkwkwk
Maafin author ya up nya lama😭😭😭.
Kalo ada saran cerita, yuk komen atau DM aja sama author...Jangan lupa vote ya sayang-sayangku ❣️❣️
SAMPAI KETEMU LAGI!!!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK UNTUK MENDUKUNG CERITA INI..
LUMAYAN, MOTIVASI BUAT AUTHOR😂😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati Putih [DONE]
Teen FictionRaiza, seorang mahasiswa penyakitan yang berusaha mendapatkan ketenangan tiba-tiba harus terlibat dalam pertikaian orang yang tidak dikenalinya. Bermula dari pertemuannya dengan hantu yang tiba-tiba bisa ia lihat setelah operasi jantung. Reihan, han...