Bagian 43

662 68 15
                                    

Papa Andre membantu Rai untuk bersandar di ranjangnya. Rai pusing jika harus dalam posisi tidur terus menerus. Alhasil, sekarang Rai telah terduduk di kasurnya yang di setting menjadi 135°.

"Pah, mama tau aku masuk rumah sakit?" Tanya Rai tanpa basa-basi.

Papa Andre mengangguk. "Sudah. Papa sudah ceritakan semuanya pada mama."

"Papa gak boong kan?"

"Enggak, Rai."

"Terus mama kapan pulang, pa?" Tanya Rai yang benar-benar sangat rindu dengan ibunya.

"Sebentar lagi juga pulang. Kalau tidak besok, ya lusa. Papa kasian sama mama, event yang ia ikuti adalah impiannya dari dulu. Ia baru bisa mengikuti nya sekarang," jawab Papa Andre membuat Rai berpikir sejenak.

"Aku tahu event itu, pah. Mama juga sering ngobrolin itu sama Rai." Rai tidak berbohong, ia memang tahu event itu. Perlombaan desain.

"Pah, apa benar aku harusnya mati dari dulu?" Tanya Rai tiba-tiba yang membuat papa Andre kalap. Pertanyaan menohok itu benar-benar membuat petir di benaknya seperti yang Ara buat untuk Rai, mungkin lebih parah dari itu.

"Gak--gak baik ngomong gitu, Rai. Memangnya siapa yang bilang?"

"Kalau memang benar, mungkin itu alasannya."

"Alasan apa, Rai?" Papa Andre mulai jengkel dengan obrolan mereka yang sama sekali tidak dimengerti olehnya.

"Saat Rai tidak sadarkan diri, Rai bermimpi buruk, pa. Sebuah bayangan mengerikan ketika Om Jo berusaha mempertahankan Rai hidup, tetapi disana telah ada sosok hitam besar yang siap mencabut nyawa Rai. Rai tahu, dia adalah malaikat pencabut nyawa karena dia yang bilang. Beberapa kali setiap Rai collapse dia selalu datang seakan membawa serta kematian. Rai takut, mungkin waktu itu dia gagal buat ngambil nyawa Rai, tapi Rai takut besok, lusa, atau hari ini juga Rai diambil," ucap Rai lirih sambil berderai air mata. Papa Andre langsung menaiki ranjang sambil mendekap Rai erat seakan tidak mau kehilangan anak satu-satunya itu. Jadi itu alasannya Rai ketakutan seperti yang dibicarakan oleh dokter Jo? Jadi itu alasannya Rai memanggil namanya dikala tidur?

"Gak akan, dia gak akan ngambil kamu dari papa. Kamu anak yang kuat, gak akan menyerah semudah itu. Berjanji sama papa bahwa Rai akan sembuh. Semuanya akan baik-baik saja," bisik Papa Andre tepat diatas telinga Rai agar anaknya tenang. Disaat seperti ini mereka merindukan mama Nika. Hanya mama Nika yang bisa meyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Suara wanita itu akan selalu melindungi Rai dari apapun yang Rai takutkan. Rai butuh ibunya segera.

Rai mengangguk pelan sambil merekatkan pelukannya pada papa Andre seolah ia tidak ingin jauh darinya. Begitupun dengan papa Andre yang mengusap kepala Rai dengan lembut dan meraih punggung Rai erat seolah tidak ingin kehilangan anak satu-satunya. Ia telah banyak bersalah, ia telah banyak berbohong tanpa alasan pada anaknya.

Rai menyembunyikan wajahnya dalam-dalam didalam dada papa Andre ketika sebuah bayangan kembali membayangi nya satu persatu. Dan yang paling membuatnya terpukul adalah pernyataan Rei, teman pertamanya yang berkata bahwa ia tidak akan kembali lagi ke dunia. Itu artinya ia akan sendiri. Rai sudah menyayangi Rei sebagai seorang saudara. Ia sangat menghargai seorang teman, siapapun itu. Meskipun hantu sekalipun, meskipun sosok yang sudah tidak berjasad sekalipun. Lalu siapa yang akan menjadi teman Rai? Ia tidak yakin ada orang yang mau berteman dengan dirinya.

"Huweee...!!" Suara Rai mengeras tersedu-sedu. Papa Andre kaget dan mengendorkan pelukannya untuk melihat wajah Rai, memastikan apakah ia baik-baik saja.

Rai terus saja menangis dengan keras sambil terus memeluk papa Andre yang kebingungan.

"Rai? Kenapa, sayang?" Tanya papa Andre dengan lembut sambil meraih wajah Rai yang sembab.

Merpati Putih [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang