Api di Bukit Menoreh
Buku 293 (Seri III Jilid 93)
admin
11 tahun yang lalu
Iklan
Glagah Putih mengangguk-angguk. Jawabnya, “Nampaknya Kanthi telah menjadi benar-benar berputus-asa. Karena itu, kedatangan Rara Wulan merupakan sebuah harapan baru baginya, karena Kanthi merasa pernah mendapat perlindungan darinya. Sehingga dengan demikian, dekat dengan Rara Wulan dapat memberikan ketenangan baginya.”
Sekar Mirah mengangguk-angguk. Ia dapat mengerti perasaan Kanthi. Namun kemudian Sekar Mirah itu pun berdesis, “Tetapi justru di sini Kanthi akan menjadi dekat dengan Prastawa. Anak muda yang pernah diangan-angankannya, Namun yang kemudian seakan-akan telah menghempaskannya ke dalam keputus-asaan.”
“Aku sempat memperbincangkannya dengan Ki Jayaraga. Kami juga mencemaskan bahwa tiba-tiba tanpa disengaja Kanthi bertemu dengan Prastawa, sehingga membuat luka di hatinya menjadi parah kembali,” sahut Glagah Putih. Lalu katanya selanjutnya, “Tetapi waktu itu kami berpendapat, bahwa untuk sementara kita harus menyelamatkan Kanthi lebih dahulu. Mungkin kita dapat menemui Prastawa dan memberitahukan tentang keadaan Kanthi, sehingga Prastawa jangan melintas lewat jalan di depan.”
Sekar Mirah mengangguk-angguk, tetapi sebelum ia menjawab, terdengar langkah mendekati pintu dapur. Sejenak kemudian Rara Wulan bersama Kanthi telah masuk ke dapur.
“O,” Sekar Mirah pun bangkit. Demikian pula Glagah Putih. Sementara Rara Wulan berkata, “Kanthi ingin ke pakiwan. Jika ia mandi, agaknya tubuhnya akan menjadi segar.”
“Silahkan Kanthi,” sahut Sekar Mirah, “mandilah. Nanti kau akan dapat beristirahat dengan baik.”
Diantar Rara Wulan, maka Kanthi pun telah pergi ke pakiwan untuk mandi.
Demikian Rara Wulan dan Kanthi keluar dari dapur untuk pergi ke pakiwan, maka Wacana telah masuk ke dalam dapur. Dengan kerut di kening Wacana itu bertanya, “Siapakah perempuan yang bersama Rara Wulan itu?”
“Kanthi,” jawab Glagah Putih yang masih berada di dapur.
“Jadi itukah Kanthi yang sering kalian bicarakan?” bertanya Wacana.
“Ya,” Sekar Mirah mengangguk.
“Kanthi yang menjadi putus-asa dan kehilangan kendali itu?“ desak Wacana.
“Ya,” Sekar Mirah mengangguk lagi.
Wacana menarik nafas dalam-dalam Hampir di luar sadarnya ia bertanya, “Kenapa ia justru ikut kemari?“
“Pikirannya sedang kalut,” jawab Sekar Mirah, “ia telah mencoba membunuh diri sebelum Rara Wulan dan Glagah Putih kemarin sampai di Kleringan.”
Wacana ternyata juga terkejut. Dahinya berkerut dalam. Namun kemudian sambil menunduk ia berdesis, “Kasihan. Ia memerlukan pertolongan yang dapat mengembalikannya bergairah memandang masa depannya.”
“Ya,” jawab Sekar Mirah sambil mengangguk-angguk.
Wacana tidak menjawab lagi. Tetapi iapun kemudian meninggalkan dapur itu.
Glagah Putih dan Sekar Mirah saling berpandangan sejenak. Tetapi keduanya tidak berbicara lagi. Glagah Putih pun kemudian juga meninggalkan Sekar Mirah sendiri di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Api di Bukit Menoreh seri Ketiga
Historical Fictionsambungan dari seri pertama dan seri kedua dimulai sari bagian 286 dan seterusnya sampai kuota tulisan habis