Api di Bukit Menoreh
Buku 311 (Seri IV Jilid 11)
admin
11 tahun yang lalu
Iklan
Namun yang diperhitungkan oleh Sekar Mirah adalah benar. Orang yang menyebut dirinya Ki Sawung Semedi itu memang datang menemuinya lagi.
Sekar Mirah yang sudah membawa bekal pesan-pesan dari Agung Sedayu dan Ki Jayaraga memang menjadi semakin berhati-hati. Tetapi Sekar Mirah berusaha untuk tidak menunjukkan kecurigaannya kepada Ki Sawung Semedi.
Dengan ramah Sekar Mirah menerima Ki Sawung Semedi di pringgitan. Bahkan kemudian Rara Wulan pun telah menghidangkan minuman dan makanan. Namun Rara Wulan tidak ikut menemui Ki Sawung Semedi di pringgitan.
“Aku terpaksa datang lagi menemui Nyi Lurah,” berkata Ki Sawung Semedi.
“Aku tidak pernah merasa berkeberatan atas kedatangan Ki Sawung Semedi,” sahut Sekar Mirah.
“Terima kasih, Nyi Lurah,” berkata Ki Sawung Semedi selanjutnya, “ternyata aku masih tetap menjadi utusan saudara-saudara kami untuk menemui Nyi Lurah.”
“Apalagi yang ingin Ki Sawung Semedi katakan?”
“Permohonan kami masih tetap, Nyi Lurah,” berkata Ki Sawung Semedi, “kami masih tetap ingin melihat sepasang tongkat kepemimpinan perguruan Kedung Jati itu hadir bersama-sama.”
“Sebenarnya itu tidak perlu. Mungkin hanya sekedar kepuasan hati. Tidak ada artinya sama sekali.”
“Kehadiran sepasang tongkat baja putih itu memberikan kekuatan jiwani kepada kami. Terus terang, Nyi Lurah, beberapa orang memang menuntut untuk menghadirkan sepasang tongkat baja putih itu, untuk menunjukkan kebulatan tekad kita membangun kembali perguruan yang sudah compang-camping ini. Beberapa orang tidak bersedia ikut bersama kami, jika sepasang tongkat kepemimpinan itu tidak dapat ditunjukkan dalam pertemuan itu.”
Nyi Lurah termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia pun berkata, “Ki Sawung Semedi. Terus terang, aku tidak begitu tertarik pada usaha untuk menghimpun kembali murid-murid perguruan Kedung Jati. Selain aku tidak pernah akrab dengan mereka, aku pun tidak melihat gunanya. Untuk apa sebenarnya kita bersusah-payah berusaha untuk membangkitkan kembali perguruan yang sudah terkoyak-koyak itu? Selama ini murid-murid perguruan Kedung Jati sudah berpencar. Kenapa kita tidak membiarkan saja mereka berpencar?”
“Kebangkitan kembali perguruan Kedung Jati itu mempunyai alasan yang sangat mendasar bagi perguruan.”
“Tetapi aku tidak mengerti. Bahkan tersentuh pun tidak.”
“Aku mengerti, Nyi Lurah. Nyi Lurah menjadi sangat kecewa kepada Ki Saba Lintang dan kepada Nyi Dwani, sehingga Nyi Lurah pun menjadi kecewa pula kepada perguruan kita. Sebaiknya Nyi Lurah membedakan antara perguruan kita yang ingin kita junjung tinggi itu, dengan orang-orang yang terlalu bernafsu untuk memiliki kekuasaan.”
“Dan ternyata orang-orang yang terlalu bernafsu itu masih tetap kalian junjung di atas kepala kalian,” sahut Sekar Mirah dengan serta-merta.
Ki Sawung Semedi terdiam sejenak. Bahkan kemudian ia pun berkata, “Kami harus kembali pada kenyataan, bahwa Ki Saba Lintang-lah yang memiliki satu di antara sepasang tongkat itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Api di Bukit Menoreh seri Ketiga
Tarihi Kurgusambungan dari seri pertama dan seri kedua dimulai sari bagian 286 dan seterusnya sampai kuota tulisan habis