Api di Bukit Menoreh
Buku 388 (Seri IV Jilid 88)
admin
11 tahun yang lalu
Iklan
Rara Wulan tidak dapat menahan tertawanya. Di sela-sela derai tertawanya Rara Wulan berkata, “Untunglah Kakang tidak ditelikung oleh Kakang Santa.”
Sekar Mirah pun tertawa pula.
Ketika Rara Wulan dan Sekar Mirah masih sibuk mentertawakan Glagah Putih, maka terdengar pintu butulan diketuk orang.
“Ada tamu, Kakang.”
Glagah Putih pun segera pergi ke pintu butulan. Demikian pintu itu terbuka, dilihatnya Ki Santa berdiri termangu-mangu di muka pintu.
“Kang Santa?” desis Glagah Putih.
Tiba-tiba saja Ki Santa itu berlutut di hadapan Glagah Putih sambil berkata, “Aku minta ampun, Adi. Aku minta ampun.”
Glagah Putih pun menarik kedua lengan Ki Santa sambil berkata, “Berdirilah, Kakang. Berdirilah.”
Demikian Ki Santa berdiri, maka Glagah Putih pun berkata, “Marilah. Silahkan duduk di pringgitan, Kang.”
“Tidak, Adi. Tidak usah. Aku hanya datang untuk minta ampun. Aku telah berbuat sesuatu yang sangat memalukan. Karena itu sudah sepantasnya Adi Glagah Putih menghukum aku.”
“Sudah aku katakan, lupakan saja, Kakang.”
“Tidak. Aku harus mendengar langsung bahwa kau telah memaafkan aku.”
“Baik. Baiklah, Kang Santa. Aku telah memaafkan Kang Santa.”
“Terima kasih, Adi, terima kasih. Dengan demikian, baru aku merasa terlepas dari penyesalan yang sangat dalam. Aku memang seorang pemarah, tetapi seharusnya aku tahu dengan siapa aku berhadapan. Seharusnya aku tahu bahwa Adi memang tidak akan mungkin melakukan kesalahan itu. Aku-lah yang dungu, yang takabur dan laknat.”
“Sudahlah, sudahlah. Sekarang silahkan duduk di pringgitan, Kang Santa.”
“Terima kasih. Terima kasih, Adi. Aku akan mohon diri. Aku sudah puas dengan kesediaan Adi memberi ampun kepadaku.”
Ki Santa benar-benar tidak mau duduk. Ia pun segera minta diri dan meninggalkan rumah Ki Lurah Agung Sedayu, sehingga Glagah Patih itu berdiri saja termangu-mangu.
Demikian orang itu pergi, maka Rara Wulan dan Sekar Mirah pun segera muncul pula. Mereka masih saja menahan tawa mereka. Tetapi Glagah Putih mengerutkan dahinya sambil berkata, “Kalian mentertawakan aku?”
“Tidak,” sahut Sekar Mirah, “aku tidak mentertawakan kau, Glagah Putih. Tetapi aku mentertawakan kesalahpahaman yang aneh ini. Untung kau-lah yang dikenainya. Jika yang dikenai itu juga seorang pemarah seperti Kang Santa, akibatnya akan menjadi sangat buruk. Bahkan akan dapat menimbulkan akibat yang sangat memalukan.”
Glagah Putih menarik nafas panjang. Sementara itu Sekar Mirah dan Rara Wulan pun segera kembali ke dapur. Sukra yang tidak mengenakan baju, sementara keringatnya membasahi seluruh tubuhnya, mendekati Glagah Putih sambil bertanya, “Ada apa sebenarnya dengan Ki Santa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Api di Bukit Menoreh seri Ketiga
Fiksi Sejarahsambungan dari seri pertama dan seri kedua dimulai sari bagian 286 dan seterusnya sampai kuota tulisan habis