287

656 22 1
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 287 (Seri III Jilid 87)

 admin

11 tahun yang lalu

Iklan

Sekali-sekali Glagah Putih juga bertemu dengan sekelompok pengawal yang meronda menyusuri jalan-jalan di padukuhan induk. Namun Glagah Putih pun tahu bahwa di padukuhan-padukuhan lain, para pengawal tentu juga bersiaga sepenuhnya.

Ketika Glagah Putih sampai di rumah Agung Sedayu, maka suasananya pun tidak berbeda dengan suasana seluruh pedukuhan. Sepi dan lengang. Meskipun lampu-lampu minyak tetap menyala, namun seakan-akan rumah itu tidak berpenghuni.

Ketika gelap mulai turun, maka seisi rumah itu pun telah berkumpul di ruang dalam untuk makan malam. Kemudian merekapun telah berada di bilik masing-masing. Yang kemudian duduk di ruang dalam adalah Ki Lurah Branjangan, Ki Ajar Gurawa dan Sekar Mirah.

Ketika Glagah Putih memasuki rumah itu, maka iapun ikut duduk pula di ruang dalam. Beberapa orang berbaring di ruang dalam itu. Termasuk Agung Sedayu.

“Bagaimana keadaan mereka yang terluka?“ bertanya Glagah Putih kepada Sekar Mirah.

“Agaknya mereka sudah menjadi berangsur baik,” jawab Sekar Mirah.

“Kakang Agung Sedayu?” desis Glagah Putih pula.

“Ya. Kakang Agung Sedayu sudah menjadi semakin baik. Tetapi Kakang Agung Sedayu sudah terlalu lama duduk, sehingga aku minta kakangmu berbaring dan apabila mungkin tidur, agar keadaannya menjadi semakin baik,” jawab Sekar Mirah.

“Guru?“ bertanya Glagah Putih selanjutnya.

“Juga sudah semakin baik,” jawab Sekar Mirah. Namun katanya kemudian, “Hanya Wacana saja-lah yang masih dalam keadaan yang sulit. Luka dalamnya ternyata termasuk parah. Memang ada perkembangan. Tetapi sedikit sekali.”

Glagah Putih tidak bertanya lagi. Iapun kemudian bangkit dan melangkah ke amben besar di bagian sebelah kiri ruang dalam itu. Dilihatnya beberapa orang yang terbaring diam. Namun keadaan mereka memang berbeda-beda. Wacana yang berbaring di paling kanan, keadaannya masih sangat mencemaskan. Sedangkan Agung Sedayu yang sudah lebih baik berada di tengah. Ketika ia melihat Glagah Putih menghampirinya, maka Agung Sedayu itu pun bangkit dan duduk di tepi amben itu.

“Berbaring sajalah Kakang,” desis Glagah Putih.

“Aku sudah menjadi semakin baik,” jawab Agung Sedayu.

“Tetapi kau sudah terlalu lama duduk,“ berkata Glagah Putih kemudian.

Agung Sedayu tersenyum. Sementara Ki Jayaraga malahan ikut bangkit pula.

“Guru,“ desis Glagah Putih, “sebaiknya Guru juga berbaring saja, sampai keadaan Guru benar-benar menjadi lebih baik.”

“Aku sudah cukup baik Glagah Putih,” jawab Ki Jayaraga.

Glagah Putih pun kemudian duduk di amben itu pula. Sementara Agung Sedayu berkata, “Aku sengaja ikut berbaring di sini. Di serambi aku hanya sendiri, meskipun udaranya lebih segar. Untuk memindahkan semuanya ke serambi, tempat tidak cukup luas.”

Api di Bukit Menoreh seri KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang