294

447 17 0
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 294 (Seri III Jilid 94)

 admin

11 tahun yang lalu

Iklan

Rara Wulan yang melihat Kanthi tersenyum itu pun ikut tersenyum pula. Bahkan di luar sadarnya Rara Wulan berkata, “Jika kau tersenyum, maka kau menjadi sangat cantik Kanthi.”

“Ah, kau Rara,“ Kanthi menjulurkan tangannya untuk mencubit lengan Rara Wulan. Tetapi Rara Wulan bergeser sambil berkata, “Aku berkata sesungguhnya.”

Sekar Mirah pun tertawa. Namun Sekar Mirah tahu bahwa ada sesuatu yang meledak di hati Rara Wulan.

Sebenarnyalah bahwa Rara Wulan itu berkata di dalam hatinya, “Jika Kanthi tersenyum, maka ia tidak akan kalah cantik dari Anggreni.”

Ternyata hal itu dikatakannya kepada Sekar Mirah ketika Kanthi pergi ke dapur untuk mengambil sirih.

“Apakah kau sudah pernah bertemu dengan Anggreni?” bertanya Sekar Mirah.

“Belum,” jawab Rara Wulan sambil tersenyum.

“Mungkin kau pernah bertemu dengan gadis itu dimanapun. Tetapi agaknya kau belum pernah mengenalnya secara pribadi. Tetapi kenapa justru kau yang menjadi cemburu jika seseorang menyebut Anggreni itu cantik dan bibirnya selalu dihiasi dengan senyum?”

“Ah, tidak,” sahut Rara Wulan sambil menggeleng.

Sekar Mirah tertawa. Katanya, “Tidak apa-apa. Aku tahu, bahwa kau merasa sangat prihatin melihat nasib Kanthi sebelumnya. Sehingga kau merasa bahwa kau sendiri-lah yang telah mengalami peristiwa yang pahit itu.”

“Ya. Agaknya memang demikian,” jawab Rara Wulan.

Namun Rara Wulan pun terdiam ketika kemudian Kanthi datang sambil membawa seberkas sirih dan kelengkapannya. Ternyata meskipun masih muda, Kanthi telah terbiasa makan sirih.

“Semula aku hanya mencoba-coba jika Ibu makan sirih,” berkata Kanthi, “namun kemudian aku sendiri menjadi pemakan sirih.”

Demikianlah maka persoalan Kanthi itu pun disampaikan kepada Agung Sedayu, dan Wacana juga minta tolong agar Agung Sedayu bersedia mewakili keluarga Wacana untuk melamar Kanthi. Agung Sedayu pun telah menyanggupinya.

“Aku juga mohon Ki Jayaraga untuk bersedia datang ke Kleringan sebagai orang yang dituakan di sini.”

Ki Jayaraga tersenyum. Katanya, “Tentu Ngger. Aku akan pergi Ke Kleringan dengan senang hati. Tentu berbeda dengan nafas kepergianku beberapa waktu yang lalu.”

Ketika hal itu disampaikan kepada Kanthi, maka Kanthi hanya menundukkan kepalanya saja. Ia tidak tahu bagaimana tanggapan orang tuanya terhadap permintaan Wacana itu. Bahkan Kanthi justru merasa cemas, bahwa ayah dan ibunya telah mempunyai rencana yang lain.

Tetapi Sekar Mirah berkata kepada Kanthi, “Dalam keadaan seperti sekarang ini, aku yakin bahwa kedua orang tuamu tentu tidak akan berkeberatan, Kanthi. Bahkan mereka akan mengucap syukur bahwa akhirnya kau menemukan jalan yang terbaik bagi masa depanmu.”

Kanthi mengangguk-angguk. Iapun berharap bahwa kedua orang tuanya dapat menerima permintaan Wacana, yang bagi Kanthi memang merupakan jalan keluar yang terbaik.

Api di Bukit Menoreh seri KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang