350

272 16 0
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 350 (Seri IV Jilid 50)

 admin

11 tahun yang lalu

Iklan

Ternyata Glagah Putih tidak terlalu bodoh untuk tidak menghubungkan sikap laki-laki itu dengan ancaman Ki Tumenggung Panjer. Agaknya prajurit itu sengaja memancing persoalan. Jika terjadi perselisihan, maka ia akan dapat ditangkap dan ditahan di Demak.

Karena itu, maka Glagah Putih pun menjadi semakin berhati-hati menghadapi sikap prajurit itu.

“Ki Sanak,” berkata Glagah Putih kemudian, “istriku bukan benda mati yang dapat dan pantas diperebutkan. Ia mempunyai nalar budi yang utuh sebagaimana kau dan aku. Karena itu, berbicaralah dengan perempuan itu. Tetapi jika kau sekedar memancing persoalan, kita akan mencari saksi, bahwa persoalan di antara kita timbul karena sikapmu. Aku akan melayanimu apa saja yang kau inginkan di hadapan saksi, sehingga aku tidak akan terjebak dalam tindakan yang dapat menjadi perkara.”

Wajah prajurit itu menjadi tegang. Agaknya Glagah Putih sudah mencurigainya. Namun ia tidak mau gagal. Jika ia gagal, maka Ki Lurah Tanumerta dan Ki Lurah Surawana akan menjadi marah kepadanya.

Karena itu maka prajurit itu pun berkata, “Aku tidak memancing persoalan, Ki Sanak. Tetapi aku menginginkan istrimu.”

“Jika itu yang kau maksud, bertanyalah kepada istriku itu sendiri. Apakah ia mau atau tidak.”

“Jika ia tidak mau, aku akan memaksanya. Aku akan menyeretnya dan membawanya pulang.”

“Kau tentu tidak akan berbuat gila seperti itu. Kau lihat di halaman ini berserakan prajurit Demak yang bertugas. Di sini pun ada beberapa orang prajurit Mataram yang sedang membersihkan pedati yang memuat perbekalan dan peralatan yang akan kami bawa kembali ke Mataram, selain prajurit dari Pasukan Khusus yang membantu mereka. Di halaman ini juga berkeliaran para pengawal Kanjeng Pangeran Puger.”

Wajah prajurit bertubuh raksasa itu menjadi tegang. Namun ia tidak dapat melangkah surut. Karena itu, maka iapun berkata, “Aku tidak peduli kepada mereka. Yang penting aku dapat membawa perempuan ini pulang.”

Sekar Mirah-lah yang tanggap akan sikap prajurit bertubuh raksasa itu serta pembicaraannya dengan Glagah Putih. Karena itu, maka Sekar Mirah pun berkata, “Ki Sanak. Kalau kau memang menginginkan adikku ini, seperti yang dikatakan oleh Glagah Putih, kau harus berurusan dengan adikku langsung. Kau tidak usah berbicara dengan suaminya.”

Prajurit bertubuh raksasa itu menjadi bingung. Ia ingin terjadi perselisihan dengan Glagah Putih. Tetapi ternyata Glagah Putih menyerahkan persoalannya kepada istrinya.

“Apakah aku harus menyeret perempuan ini sehingga batas kesabaran suaminya dilampaui?” bertanya prajurit itu kepada dirinya sendiri.

Ketika ia mengingat perintah Ki Lurah Tanumerta, maka rasa-rasanya ia ingin menyeret Rara Wulan sehingga Glagah Putih menjadi marah kepadanya. Tetapi di tempat itu memang terdapat banyak saksi. Selebihnya, iapun akan menjadi sangat malu jika kawan-kawannya melihat apa yang dilakukannya, tanpa mengetahui alasannya. Bahkan jika ada di antara mereka yang menyampaikannya kepada istrinya, maka tentu akan terjadi keributan di rumah.

Api di Bukit Menoreh seri KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang