295

522 17 0
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 295 (Seri III Jilid 95)

 admin

11 tahun yang lalu

Iklan

Tetapi para pemimpin prajurit Pati masih saja berteriak-teriak. Mereka berusaha untuk mendorong para prajuritnya untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Tetapi para prajurit Pati itu sudah mengerahkan segenap kemampuan mereka. Mereka memang tidak mampu berbuat lebih dari yang sudah mereka lakukan.

Karena itu, perlahan-lahan para prajurit Mataram yang semula jumlahnya lebih sedikit itu kemudian mampu mendesak dan bahkan menguasai lawan-lawan mereka. Orang-orang Pati itu semakin lama menjadi semakin terdesak. Satu-satu mereka kehilangan kesempatan untuk meneruskan pertempuran. Beberapa sosok tubuh terbaring diam. Namun masih ada yang sekali-sekali menggeliat kesakitan.

Sabungsari juga masih saja memberikan aba-aba bagi para prajurit Mataram, agar mereka tidak mengendorkan pertempuran. Mereka harus dengan cepat mampu menguasai keadaan.

Ternyata para prajurit Pati tidak mampu bertahan terlalu lama. Ketika para pemimpin prajurit Pati itu melihat keadaan yang pahit, maka mereka pun segera mengambil keputusan.

Seorang dari mereka telah memberikan isyarat. Sebuah aba-aba sandi yang tidak diketahui oleh para prajurit Mataram. Namun para prajurit Mataram itu sudah menduga, bahwa aba-aba sandi itu akan menimbulkan perubahan pada tatanan pertempuran.

Baru kemudian para prajurit Mataram itu memahami. Aba-aba sandi itu adalah perintah bagi para prajurit Pati untuk melarikan diri dari medan pertempuran.

Demikianlah, para prajurit Pati itu telah mempergunakan kesempatan pertama untuk meninggalkan arena. Mereka dengan cepat telah menghambur masuk ke dalam hutan Nglungge.

Beberapa orang prajurit Mataram memang berusaha mengejar mereka. Tetapi Sabungsari memberikan isyarat dengan suitan, agar para prajurit Mataram tidak mengejar mereka yang melarikan diri, tetapi menguasai para prajurit yang tidak sempat meninggalkan arena pertempuran.

Ternyata ada beberapa prajurit Pati yang menyerah dan tidak mempunyai kesempatan untuk melarikan diri, di samping kawan-kawan mereka yang terluka dan terbunuh di pertempuran.

Sejenak kemudian, pertempuran di pinggir hutan Nglungge itu pun telah berakhir. Namun yang terjadi itu baru satu permulaan dari perang besar yang akan terjadi. Namun Sabungsari pun kemudian berkata kepada prajurit-prajuritnya, “Perang antara Mataram dan Pati telah dimulai.”

Para prajuritnya mengangguk-angguk. Mereka memang melihat dan mengalaminya, bahwa perang memang sudah dimulai.

Namun sejenak kemudian, Sabungsari pun telah memerintahkan semua orang berkumpul. Baik para prajurit Mataram, maupun para prajurit Pati yang tertawan. Sabungsari memerintahkan untuk membawa mereka yang terluka bersama mereka.

“Kita harus segera meneruskan perjalanan ke Jati Anom. Jaraknya memang masih jauh, tetapi kita tidak mempunyai pilihan. Kita harus membawa mereka yang terluka dengan cara apapun juga. Namun kita juga harus menyediakan waktu untuk mengubur orang-orang yang terbunuh dalam pertempuran.”

Sabungsari memang harus melepaskan beberapa orang prajuritnya gugur. Tiga orang harus ditinggalkan untuk dikuburkan. Sementara itu, ada lima orang yang terhitung parah. Dan lebih dari sepuluh orang yang tergores senjata, namun tidak berbahaya.

Api di Bukit Menoreh seri KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang