Api di Bukit Menoreh
Buku 317 (Seri IV Jilid 17)
admin
11 tahun yang lalu
Iklan
Ad
Namun ketiga orang yang terhitung pendek itu mampu bergerak dengan cepat pula. Bahkan beberapa saat kemudian ketiganya telah menggenggam senjata mereka masing-masing. Semacam tongkat baja yang di ujungnya terdapat sebuah bulatan sebesar kepalan tangannya, yang semula terselip di punggung mereka.
Benturan-benturan yang kemudian terjadi, membuat Glagah Putih menjadi semakin berhati-hati. Ketiga orang itu ternyata memiliki kekuatan yang cukup besar, meskipun tubuhnya terhitung kecil.
Sementara itu, ketiga orang yang disebut Rewanda Lantip itu pun merasa heran menghadapi lawannya yang masih muda itu. Sudah beberapa lama mereka bertempur, bahkan ketiganya terpaksa mempergunakan senjata mereka, namun anak muda itu masih mampu bertahan. Bahkan serangan-serangannya semakin lama semakin berbahaya bagi ketiga orang bertubuh pendek itu.
Bahkan pedang Glagah Putih yang berputaran itu rasa-rasanya telah berdesing semakin lama semakin dekat dengan telinga-telinga mereka.
Dengan demikian, maka ketiga orang yang bertubuh pendek itu pun semakin meningkatkan kemampuan mereka. Ketika seorang di antara mereka berteriak nyaring, maka ketiga orang itu pun kemudian telah meloncat surut selangkah. Namun kemudian mereka pun telah berlari-lari berputar di sekeliling Glagah Putih.
Glagah Putih menyadari bahwa ketiga orang yang disebut Rewanda Lantip itu telah sampai ke puncak ilmu mereka. Karena itu, maka Glagah Putih pun menjadi semakin berhati-hati.
Sambil berlari berputar di sekeliling Glagah Putih, ketiga orang itu telah mengacu-acukan senjata mereka. Namun kemudian tongkat-tongkat mereka itu pun bergetar semakin cepat. Bahkan udara di sekitar tubuh Glagah Putih pun rasa-rasanya telah menggelepar pula.
Glagah Putih mulai merasakan hentakan-hentakan yang semakin kuat pada tubuhnya. Bahkan kemudian bentakan-bentakan itu terasa seakan-akan telah menekan dan memutar tubuhnya, mengikuti putaran ketiga orang yang disebut Rewanda Lantip itu.
Glagah Putih mencoba untuk bertahan. Tetapi ia tidak dapat memusatkan nalar budinya untuk melawan tekanan yang memutar tubuhnya itu, karena setiap kali tongkat orang-orang itu terayun menggapai tubuhnya.
Dengan demikian, maka Glagah Putih pun harus berusaha menangkis serangan-serangan itu, sementara tubuhnya rasa-rasanya masih saja diputar dengan kekuatan yang semakin besar.
Glagah Putih pun kemudian telah menyarangkan pedangnya. la pun mulai mengurai ikat pinggang kulitnya. Ia justru merasa lebih mapan dengan senjata itu.
Sejenak Glagah Putih pun membuat ancang-ancang. Ia sadar bahwa ia harus bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, jika ia berusaha memecahkan putaran ketiga orang lawannya itu.
Dalam pada itu, kepala Glagah Putih sudah mulai menjadi pening. Namun Glagah Putih pun kemudian justru telah bergerak berputar ke arah yang berlawanan dengan putaran ketiga orang lawannya. Ketika tongkat lawannya itu bergetar menggapainya, maka dengan sepenuh tenaga, Glagah Putih telah menebasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Api di Bukit Menoreh seri Ketiga
Ficción históricasambungan dari seri pertama dan seri kedua dimulai sari bagian 286 dan seterusnya sampai kuota tulisan habis